Kisah Yuna
an alat tulisku, agar Ul
" teriak Ulfa di depan pintu kelas. Aku berdiri, lalu
lin tugas temen-temen dulu. Elo lupa,
n dosen. Kapan elo punya cowok coba kalo sibuk ngurusin kulia
men rajin dan pinter kayak Yuna. Elo bisa ikutan nyontek tugas," omel Rika. Ulfa ceng
mereka, melihat penampilan mereka yang modis. Berbanding terbalik dengan penampilanku yang sederhana
h dan mobil oleh orangtuanya. Sedangkan aku cuma ngekost di tempat sederhana. Pulang pergi ke kampus pun cukup naik angkot atau jalan kaki. Tempat kostku dekat dengan kampus, saking de
justru itu yang membuat kami semakin solid, saling melengkapi dan membutuhkan.
dan ramah. Tidak terhitung lagi berapa banyak lelaki yang naksir dia. Dari kating yang pintar, tampan, tajir sampai teman-teman seangkatan yang cupu, hampir semua naksir dia. Sayangnya, dia tipe gadis setia. Dia tidak tergoda,
kulitnya juga putih. Ada sedikit campuran darah Belanda dari neneknya. Rika bilang, sih, dia cuma dapat sisanya aja, cuma kebagian warna kulit. Padahal, hidung mancungnya mirip-mirip bule Belanda. Kalau Ulfa ramah, sedangkan Rika judes.
juga tidak semungil Ulfa. Standarlah untuk ukuran perempuan Indonesia. Tidak
dibandingkan dengan
h tepatnya perfeksionis. Sampai-sampai aku dipanggil ibu oleh kedua sahabatku ini. Itu karena diri inilah yang paling bawel mengingatkan me
teraksi dengan teman-teman pakai sapaan 'gue-lo' ? Jawabannya adalah aku sebenarnya l
riyaki." Ulfa terus merengek sambil memeluk tangank
okBen atu
terus ujungnya elo dikhianatin?" cibir Ulfa. Kebiasaan anak dua ini,
, kok nggak dilamar-lamar?!" balas Rika. Apa kubilang, mereka berdua itu tidak pernah akur. Heran, ada saj
pacar. Nggak kayak Yuna, pacaran
aku sambil menunjuk diri sendiri. Ri
kku, dan Ulfa tetep
eet," ujar Rika. Ulfa mengangguk menyetujui omongan Rika. Aku meringis, entah kenapa aku tidak percaya dengan uc
ika tetep bertahan dengan raut wajah serius. Wa
Aku berdecak, melepas rangkulan Rika dan g
a dan Ulfa mendesah bersamaan melihat reaksiku. Entahlah, mungkin terdengar kekanak-kanakan, tetapi a
Yun. Gitu aja ngambek, gu
gi di tanganku. Aku mendesah, selalu tid
ang kita makan
kBe
lar
mereka saling melotot. Aku mendesah pel
yang nentuin, ya. Dan elo, tetep harus tetep t
gue mau makan sop iga bakar."
ihat 'wah' tetapi harga menu di sini terbilang ramah di kantong. Makanannya juga enak, da
memesan beef teriyaki, katanya dia ngidam beef teriyaki dari semalam. Karenanya tadi meren
aktu makan siang tentu saja cafe terlihat ramai. Eh, orang itu sepertinya aku ke