Kisah Yuna
bentar sebelum bergabung dengan mereka untuk marathon nonton drakor. Mereka curiga aku punya pacar diam
kan. Mereka curiga kalau aku punya hutang dan sedang m
dari mereka, terutama dari Ulfa. Di
rtinya akan turun hujan. Semoga hujan tur
pat kuselesaikan maka semakin baik. Diriku berharap, hari ini adalah hari
eperti doaku sebelumnya, semoga saja Kak Evan melupakan peristiwa memalukan itu. Meski kuyakini d
kost Kak Evan. Semoga hari ini moodnya lebih baik dari kemarin. Ra
g dan si cepak. Ada Kak Evan diantara mereka. Mereka tampak sedang mengerjakan sesuatu dengan lapt
membuat mereka semua mengalihkan perhatiannya kepadaku. Aku
iku. Wajahnya jauh dari ramah. Matanya
gi, sih?!" bentak Kak Ev
kubawa. "Emm ... a ... aku bawain nasi timbe
a di tanganku. Melihat isinya seki
n. Kalau ini cara lo buat ngedeketin gue lagi, ini nggak
an dan meremas ujung kemeja yang! Dari dulu sampe sekarang gue nggak akan pernah suka sama lo! Gu
mulutnya t
aluan!" tegur salah
jamkan mata, menahan agar tidak menangis. Aku h
h paham," suaraku bergetar. Please, ja
ah kusiapkan, yaitu beberapa lembar kertas dan sejumlah uang. Kura
Evi minta aku setiap hari mengirimkan makanan untuk Kakak. Itu
jukkan bahwa aku bukan lagi gadis empat belas tahun, yang tak
yaman." Aku masih menatap matanya, menanti apa yang akan terucap d
antu dia lagi. Permisi." Aku berbalik tanpa menunggu
seorang mena
menahanku, ternyata bukan. Aku menggeleng, lebih baik kehujanan dari pada terus di s
ut orang yang berbeda, sed
n dulu?" ujar orang yang lain l
payung." Aku mengeluarkan payung lipat dari tas, lalu berlari
, walau payung tidak bisa melindungi tubuhku dari hujan yang datang ditemani
anya sakit se
ergila-gila padaku. Namun, buat aku tidak mencintainya, agar dia yang memperjuangkan cintanya padaku. Bol
ar, suaranya begitu menggelegar dan memekakkan telinga