Untuk Reina

as. Meski langit sudah menggelap, cewek satu itu masih menggunakan seragam sekolahnya. Kemeja putih dibalut j

i bagian bawahnya disematkan name tag berwarna silver dengan nama Reina Fillosa.

lah mengenai sepatu yang harus dikenakan, tapi mengenakan sepatu hitam dengan tali putih se

na menggunakan sepatu sport berwarna. Terlihat meriah sendiri bukan? Tapi, ada

i, nomor tiga sembilan ya.”

ya ambilkan d

oba sepatunya. Bukan toko sepatu mahal, tapi kualitasnya cukup terjamin. Tak lama

dek, di

sepatu itu dan mencobanya. Pas dan sangat

membeli sepatu Reina juga membeli dua pasang kaos kaki. Cewek itu berd

tujuh puluh lima ribu.”

h melakukan pembayaran cewek itu keluar dari toko. Sepatu yang baru saja dibelinya

ngin malam, tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti di sampingnya. Rei

seakan tak percaya bahwa ya

“Iya, kamu pikir siapa lagi,” Alexa tersen

alan aja

ah m

el

gitu ikut

kem

an cewek itu di kursi belakang sebelum dirinya duduk di sampin

namun sapaan itu tak digubris. Cowok itu ha

kuk mukanya.” Alexa protes melihat sikap dingin putranya. Ta

na suka dianterin Riga ya?” t

ksa biar mau. Soalnya ya gitu, Riga lebih suka di rumah. Tante k

urut ya sama

?” tanya Al

kalau sama aku gala

yai panggilan kesayangan, eh bukan tapi julukan. Berbeda dengan Riga yang menanggapinya dengan ke

ka marah-mara

dia ngatain aku. Pa

sebenarnya baik. Cuma harus sabar a

mnya dipaksa oleh Alexa untuk menemaninya makan malam diluar, kini dia harus bertemu deng

k yang mereka bicara seputar dirinya. Ale

alu-maluin banget.” Reina tertawa puas m

a acara kemah di sekolahnya. Dia

ta Riga jengah denga

kapan lagi bisa

ya.” Reina menutup wajahnya tiba-tiba, dia teringat ke jadian di kamar mandi sek

Alexa melihat perubah

ian di toilet

iii

entak Riga pada Reina b

n agar putranya itu tidak b

mpai di sebuah restoran Jepang langganan Alexa. Melihat kemarahan Riga, Reina jadi lebih hati-

*

Rumah yang dulu pernah terasa hangat kini menjadi sangat dingin. Bukan karena udara di lu

mengucapkan salam. Seperti yang sudah-sudah ucapan salam

ak kenangan manis tentang masa kecilnya. Reina terus berjalan masuk, di r

ada. Meski begitu Reina tetap mencoba mendekati Sheila. “Acaranya

berusaha mengajak saudara perempuannya itu berbicara. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. “Tadi aku lihat gantungan k

bagian ujungnya itu hanya fokus pada acara komedi di depannya.

ini bua

ngannya. Merasa terusik dengan kehadiran Reina, Sheila beran

is-habisan, karena itu artinya orang tersebut masih peduli padanya. Namun, jika didiamkan Reina tak sa

k pada Tuhan yang kini

meminta Tuhan agar

merasakan bagaimana itu luka? Bagaim

ahun harus hidup dibenci

inya semakin menganga, luka yang tak pernah kering itu

rumah utama. Kamarnya ada di belakang rumah utama, satu ruangan khusus

ibuat dari papan-papan kayu yang disusun dengan apik. Bagian a

l itu dulu pernah menjadi istana untuknya dan Sheila. Dulu, meski begitu Reina masih ber

. Dinding-dinding kayu yang dicat serupa warna aslinya menambah kesan alami. Single bed dengan seprai berwarna biru muda ad

ma tidurnya yang berwarna biru dengan motif bunga sakura. Reina duduk

an segala hal yang pernah terjadi di dalam kehidupannya. Bibirnya melengkungkan senyuman ketika mengingat kejadian manis yang pernah dilew

a bergetar hebat tak sanggup lagi menahan kesedihannya. Rasanya tak ada yang bisa mendengar tang

sh, Rein