icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Untuk Reina

Bab 8 8. Obrolan Semalam

Jumlah Kata:1618    |    Dirilis Pada: 10/06/2022

n dari tidurnya, duduk bersandar pada headboard memperhatikan baik-baik ruangan yang ter

enutupinya. Keningnya mengkerut menatap selimut p

ak tahu sudah berapa lama dirinya tidur, yang jelas siang tadi saat ke rumah Riga dirinya benar-benar mengantuk.

na. Laki-laki yang duduk di sampingnya langsung berdiri men

ng berhasil membuat

dalah tanda bahwa dirinya sedang berpiki

Djorgi itu menepuk-nepuk sofa ag

juga dirinya yang baru saja bangun tidur. Kondisi yang sebenarnya tidak membuat Reina merasa n

tu sebenarnya sudah mendengar kalimat itu dari Alexa tapi, dia tetap mendengarkan Djorgi dengan a

nak, itu terkesan seakan dirinya benar-benar tidur dengan

i Riga sangat jauh dari ekspektasinya. Dia pikir kalau Djorgi menyeramkan, dingin s

ita ya jalan-jalan.” ajak

ana

la punya keluarga om. Kamu

au gitu a

lexa dan Djor

nya yang selalu hangat padanya. Tidak seperti ibu dan Sheila. Membuang kisah masa lalu yang meli

masuk. Pandangannya turun pada kantong plastik p

iga bakar.” ajak Alexa seraya merangkul pun

u sendiri terlihat biasa-biasa saja, seakan sudah terbiasa dengan kehadiran Reina disekit

akan di atas alas piring. Gerak gerik Reina tak lepas dari pengama

ina bercanda. Setelah selesai menyiapkan piring Reina mengambil gelas dan m

uh cinta, ternyata kam

e Alexa,” lagi-lagi Reina menimpali ucapan Djorgi dengan candaan. Te

an.” Alexa meminta Re

menghabiskan makan malamnya seorang diri. Tidak ada obrolan hangat yang menanyakan harinya di sekolah

ok itu ogah-ogahan tapi, melihat sorot mata kedua orang tuanya yang penuh har

n kaki saja sambil menikmati angin malam. Namun tidak halnya dengan pikiran

penerangan. Cahayanya yang kekuning-kuningan seakan menciptakan suasana romantis tersendiri. Kedua

kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Djorgi. “Awalnya aku k

ah Reina. Seperti ada sebuah dorongan yang begitu kuat akhirnya Riga

k a

man

angkat ke udara. “Ayah ada di sana,” katanya kemudian. “Udah hampir tig

lkan pergi oleh orang yang dicintainya pasti akan terluka dan bersedih, tapi dari mata Reina, cowok

ah. Duduk di teras sambil main catur.” ucap Reina penuh dengan penyesalan. Sangat, sangat meny

da dada bidangnya, mengusap lembut surai panjang itu. Menyalurkan kehangatan dan ketenangan sekaligus. Awalnya Rein

na keduanya saling diam. Riga tahu bahwa sesuatu dalam dirinya berubah, sesuatu yang membuat d

*

g gadis yang masih terlelap dibalik selimut tebalnya. Enggan unt

a ya? Ah.. itu.” Seakan diburu waktu Reina dengan tergesa masuk ke kam

akaian. Celana jean dipadukan dengan kemeja merah yang memanjang pada bagian belakangnya. Tang

ejanya membuat Reina melupakan polesan di wajahnya. Cewek itu b

sapukan tipis-tipis dan terakhir lipgloss. Tak banyak yang Reina butuhkan

a lewat dapur. Di sana ada asisten rumah tangganya yang sedang membua

m enam kurang

kak Sheila b

di ruang kerjanya. Kala

unda dulu

ya, cewek itu tetap mengetuk ruang kerja ibunya. Sampai sebuah suara dar

ketidaksukaan sama seperti sebelumnya. Wanita paruh baya itu men

tap lurus pada wanita yang sedang sibuk membolak-balikan kertas d

Bunda, orang tuanya teman aku ngajakin aku ke puncak. Besok malam kayaknya baru pulang. Bunda jangan lupa makan dan

m-macam. Gak akan buat nama bunda jelek. Bun

itu jatuh membasahi pipinya. Melangkah dengan kesedihan di hatin

saja di kirim. “Sheila udah bangun, aku mau ke puncak. Kamu kamu ikut?” tany

seakan menunjukkan bagaimana kebencian Sheila pada Reina. “G

adar itu tidak akan membuat keadaan membaik. Mendengar suara klakson mobil, Reina langsung

masuk ke dalam mobil milik Arman yang di kemudikan Riga. Djorgi d

m pulang?” tanya Alexa men

ingin siapapun mengetahui kalau keluarganya begitu membencinya. Tidak, sampai se

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka