icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Untuk Reina

Bab 4 4. Hilang

Jumlah Kata:2244    |    Dirilis Pada: 10/06/2022

n dalam memainkan bola basket sudah tidak diragukan lagi. Banyak gadis yang menaruh hati pada cowok itu. Apalagi bola m

ke dasar samudera. Rela! Sungguh, para gadis itu akan sangat rela tenggel

akan tahan berlama-lama berdiam diri. Dia turun dari kap mobil dengan sedikit melompat s

pupunya itu berlatih, atau t melihat otot-otot kekar para atlet basket SMA Cendrawasih, namun Reina tak tertarik. Itu karena ada sekelompok gadis-gadi

g di area parkir. Beberapa sedang menunggu jemputan, dan ada juga yang sedang bercanda satu

lajah sekitarnya mencari objek yang menarik. Dilihatnya laki-laki berseragam biru muda dengan dua kant

ekolah. Reina memang seakrab itu dengan para pegawai sekolah, tapi tid

asih ada.” pak Jodi menunjuk motor Riga yang

caran ya

ina kembali bertanya dengan jenakanya. Badannya tak bisa diam b

i. Apalagi kemarin bapak lihat

ak t

papun yang terjadi dengan para pengendara yang menitipkan kendaraan m

eru terlalu berlebihan. Padahal tak a

odi menunjuk seorang siswa yang se

apa sama

nya, dia cuma nu

ponselnya lalu melakukan selfie di dekat mobil tersebut. Tak lama berselang p

ya dong!” seru seora

ng Tari

or saya

erlalu mengambil senjata tempurnya yang tak lain adalah seperangkat alat untuk

mendapatkan pelayanan terbaik. Senyuman Reina semakin mengembang tatkala matanya menan

enjauhkan dirinya. “Tenang aja Ga, tangan aku bersih kok. Aku uda

ikan Reina yang berdiri di sampingnya. Reina cemberut melihat hal itu, Riga benar-ben

elesai latihan. “Eh, Abdi!” seru Reina begitu dia melihat sosok yang ditunggu

emeluk lengan Abdi dengan penuh kasih sayang. Reina bahkan tak malu menyandarkan kepalanya di pundak Abdi

tahu kalau keduanya adalah saudara sepupu. Sama seperti Riga, apa yang dilihatn

an sekolah. Sedangkan Reina sudah duduk manis di samping Abdi. Ce

ih PR?” tanya R

napa tadi tidur

us sebelum subuh aku bangu

ang ng

korea. Seru, m

n drama begituan.” Abdi mulai menyalakan mesi

kisah dalam drama korea yang baru saja ditontonnya. Dengan sabar Abdi mendengarkan setiap oce

. Untung saja suaranya termasuk bagus, masih layak untuk di dengarkan. Coba saja b

forever, or it’s g

l me when i

h was wort

ex lovers, they t

ove the player and

ucap Abdi tak b

sik banget. Ahaha

eng

pa yang penti

ipi itu melotot pada sepupunya, tapi tak marah. Reina mana bisa

banyak hal yang sudah hilang dari Reina, hal yang tak mungkin bisa di kembalikan. Meski begitu Abdi tetap berharap bahwa suatu saat nanti sesuatu

*

h tapi, sekarang hal itu sudah tidak terjadi lagi. Cewek itu berdiri menatap dua ayunan besi

asih bisa tertawa bersama tanpa jarak yang kini membentang memisahkan mereka. Meski

hnya tembok itu sampai Reina tak mampu menembus bahkan meruntuhkannya. Sheila begitu hebat membangun tembok t

inkan untuk masuk bahkan menyentuh daerah pertahanannya. Reina harus memb

menjinjing kandang besi milik binatang peliharaannya. Mumu d

u dari tangan Abdi. “Hai Mumu!” sapa Reina pada kelinci berbulu lebat dengan warna abu-

Mumu dari sana. Hal serupa pun dilakukan oleh Abdi sebelum membiarkan Mumu dan Mimi bermain bebas d

t.” ucap Reina begitu menarik wadah p

anget keluar masuk

mutan aku dar

na yang masih membersihkan salah satu kandang hewan peliharaan Abdi. Ce

mah. Entah sudah lupa atau pura-pura melupakan, yang jelas apa yang Abdi lihat saat ini adalah seakan-akan Reina

ruh baya itu melihat Reina dari dalam rumah berdiri di samping Abdi. Tat

ntuin Abdi buat bersi

ak ingat kejadian tiga tahun lalu? Hah?!” Arman melangkah menjauh. Laki-laki itu selalu

mengeluarkan lahar panasnya setiap kali melihat R

lalu ayah, gak perlu diungkit-ungkit lagi. Ayah sendi

eina selalu mengingatkannya pada kejadian itu. Kejadian yang membuat Rei

pai kapan mar

a sial itu tidak menghancurkan hidup aya

ak Tuhan, ayah. B

nak pembawa sial it

masuk mencari Abdi ingin memberi tahu kalau dia sudah selesai. Namun l

nya, tidak pula di rumah Abdi dirinya selalu di salahkan atas apa yang sud

itu Reina b

nghentikan pertengkarannya. Arman langsung menoleh menatap tajam pad

keluar. Reina menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskan perlahan. “

” Abdi berjalan mendekati Reina. Menggapai

mu berantem sama ayah kamu.” balas Reina berusaha

itu di depan Abdi, sebab Abdi sangat mengerti

dari kantong celananya. Cowok itu memberikan lima

kan lagi pada Abdi. “Segini aja udah cukup. Dadah Abdi, aku pulang d

ya dari atas sofa di ruang tamu. Secepat mungkin Reina keluar d

! Tun

i itu sangat melelahkan baginya. Apalagi lari dari kenyataan. Terus berlari sampai benar-benar jauh

agi untuk melangkah Reina memilih berhenti, cewek itu mendudukkan dirinya di bawah pohon besar sambil m

aaf, maaf..maaf.” Reina terus mengulangi kata maaf disela-sela tangisannya. Apap

terluka seperti saat ini. Agar dia masih bisa melihat tawa orang-orang yang selalu menyay

erandai-andai. Satu-satunya hal yang bisa Reina lakukan adalah merubah ke

an sapu tangan yang selalu dia bawa kemana-mana. Mengatur nafasnya ag

i ini kan udah dapat uang dari Abdi, mendingan belanj

faktor pendukung. Tetap, bahwa yang membuat kuat adalah diri sendiri. Sekeras apapun faktor pendukun

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka