Untuk Reina
tu sedang sibuk membersihkan lantai. Tubuh mungil membungkuk untuk mengepel kolong
yang keluar dari bibir mungilnya. Lupa! Bahwa dirinya semal
i mengepel lantai, dibawanya peralatan pel itu ke ruangan khusus yang
risi pakaian kotor. Satu persatu pakaian itu masuk ke dalam mesin cuci, lalu mem
in cuciannya berhenti berputar, Reina kembali ke rumah mungilnya. Dia mengamb
menggendong tas punggungnya yang berwarna biru muda. Cewek itu kemb
olong beresin ya bi. Aku mau berang
mengambil kotak bekal berwarna biru. "Ini
yum karena setidaknya bi Sumi masih mau berbicara dengannya. Ma
karena ada urusan keluarga. Reina sebenarnya sedikit keberatan, karena itu artinya dia ha
h ide yang membuatnya menjadi merasa lebih cerdas. Dengan langkah pasti Reina melangkahkan kakinya menuju suat
kini Reina sudah berdiri di depan pintu ruma
l
mu
Raja
kan Reina masuk. Dengan berat hati Riga membiarkan Reina masuk, cewek itu tersenyum penuh kemenangan apalagi ketika Alexa
ang tersenyum manis pada mamanya. Apa? Manis? Ya.. Riga mengakui ha
ntahlah, Riga sendiri tak mengerti mengapa dirinya diam-diam m
Riga." Alexa menyodorkan sepiring nasi goreng u
dengan senyuman mengembangnya. "
duduk di meja makan berhadapan dengan Reina. Wanita itu merasa sang
ak tertarik sedikitpun dengan kehadiran Reina. Cowok itu lebih tertari
ante. Biasanya aku berangkat sama Abdi sepupu aku, tapi hari in
ennya ke sekolah. Tante udah
a emang belum
ran, temen aja
k itu tetap terlihat lebih menggemaskan di mata Reina ketika
atan gemesin." ucap Reina tulus, tapi
uk u
as air putih untuk Riga. Reina juga menepuk-nepuk lembut punggung cowok it
erlihat tenang di tempatnya. Hatinya tersenyum melihat sang putra salah tin
menatap tajam Reina untuk sesaat sebelum dia beranjak pergi tanpa mengucapkan apa-
tergesa. Cewek itu mengikuti langkah Riga yang keluar dari rum
Alexa tetap di meja makan menikmati sarapannya tid
ornya. Padahal motor besarnya itu sudah terparkir siap untuk membawanya ke sekolah. Reina terus
!" tanya Riga denga
naik
t ga
di samping Riga yang sudah mulai menjalankan mobilnya. Mengganggu Riga seakan me
*
Dua menit lagi bel tanda masuk berbunyi, tapi Reina tak peduli. Dalam otaknya saat ini adalah toilet. Na
ja?" kesal Reina pada seseorang ya
gannya. Sesaat Reina memperhatikannya. Rambut hitam panjang, mata bulat yang dihi
a siswi tersebut s
u udah gak tahan." secepat kilat Reina pergi meninggalkan c
cantik satu sekolahan itu tentu saja tak terima jika Riga bersama gadis lain yang menurutnya tak le
iara tentu saja tak rela jika pamornya harus dikalahkan oleh Reina. Beberapa te
ia memberikan sedikit pelajaran untuk Reina. Tiara mengangkat sedikit kepalanya ketika melangkah masuk ke
astafel marmer sambil memainkan kuku-kukunya yang dicat merah muda. Sebenarnya piha
let. "Eh? Kamu bukannya tadi yang narik aku ya? Ada urusan apa sama aku?" t
ringatkan, jangan deket-dek
pak tangannya di bawah m
percaya
tu hendak melangkah, namun langkahnya terhenti ketika dengan
aku akan berbuat
dipancing lebih dulu oleh Tiara yang menarik rambutnya, cewek itu juga ingin membuat Tiara kapok. Secepat kilat Rein
a," Reina merapikan rambutnya yang berantakan. "Dan kamu udah buat rambut
ek polos yang akan merungkut ketakutan jika diancam, tapi nyatanya Rei
ukan dirinya di depan Reina. Tiara sebenarnya tak menaruh rasa pada Riga, cewek satu
ya dia dikeluarkan oleh guru Matematikanya. Meski tak mendapatkan hukuman ap
perpustakaan. Dia melihat Tiara bersama teman-temannya sedang menuju tempat yang sama. Sebelum
ap di hadapannya. Nyaris terjatuh kalau tangan cowok itu tidak de
sudah sangat Reina kenal. Riga, melepaskan ta
ok kamu
g tanya ngapai
luarin da
O
stakaan. Namun beberapa dari mereka masih berdiam diri memperhatikan ke a
mendekati Reina yang masih berdiri di dekat Riga. Jika dalam film kartun R
gan deketin Riga, ta
annya. Pernyataan Reina membuat Tiara tercengang begitu juga yang lainnya. Mereka mendekat ingin lebih tahu
harap sekaligus takut jika itu semua adalah benar. Takut bukan karena
ta Reina yang keabu-abuan itu. Mata yang selalu menunjukan kilau jenaka yan
tu yang keluar
u maksud
a bagi Tiara dan yang mendengarnya. Sesuatu yang bahkan mereka katakan tidak
kat-lekat Riga seolah mencari celah kebohongan di mata cowok itu, sayangnya hal i
aja Riga mencium pipi Reina di saat cewek i
u
yang baru saja di cium Riga di muka umum. Bukan hanya Reina yang tercengang teman-teman Riga yan
majuan yang
asa Indonesia mereka yang baru saja datang. Menatap pada murid-
Satu persatu mereka masuk ke perpustakaan, termasuk Tiara. Cewek satu itu terlihat
ng terpaku. Seakan memang itu sebuah dendam Riga bisa melihat bagaiman Reina y