Terjerat Gadis Manja
. tunan
anita itu. "Maafkan saya, Nona. Saya tidak
Aku bisa kesana sendiri. Tapi, pasti
unakan lift khusus Presdir di sebelah sana," ucap resepsionis
. Terima
n kiri yang menggenggam box makanannya d
bertuliskan Ruang Presiden Direktur yang terletak di atas pintu berkaca buram, lalu sebuah meja lengkap dengan berbagai peralatan kantor di luar ruangan itu. Bianca menduga itu adalah
sama pacar lo? Sia
r suara asing di dalam termasuk mendengar namanya yang terselip di pertanyaan seseorang enta
n tidak segera datang, dan Bianc
satu jam ... waktu itu biar dia mau maafin gue
ringat dingin keluar dari telapak tangan
ngar pengakuan Morgan secara langsung akan melegakan, setidaknya Bianca benar akan keyakinannya selama ini. N
kalo lo udah muak? Lo bisa bilang buat berhenti, kan?" Suara lelaki asing
u nempelin gue sepanjang waktu. Kalo gue nolak, bisa-bisa di
e
eras dan hatinya berdenyut kuat.
jij
itu ringan? Seolah tutup mata jika ucapannya bisa menyakiti hati seseorang. Seseorang ya
k tega banget ng
asil mewakili pertanyaan Bianca ya
elumnya. Tapi Bianca benar-benar kelewatan. Terutama kejadian pas dia ngancurin pesta Adriana dan nggak ng
r .
n mertua gue ndidik p
r
ian lagi untuk sandwich buatannya yang ia buat sepenuh hati. Untuk kali ini, Bianca benar-benar tidak bis
buat dua pasang mata san
datar dari lahir. Morgan, ia tidak
untuk keluar. Tentu saja tidak ada yang menyadari kepergiannya, karena baik Morgan atau Bianca memilih unt
ca, k
l
ari Bianca berjalan ke arahnya dengan langkah lebar. Pria itu shock bukan main, bukan
ajah dingin dan memerah penuh emosi yang bisa Morgan tangkap dari Bianca. Yang semakin membuat Morgan asing, tidak ada satu tetes airmata-pun yang Bianca torehka
ng meluap nyaris meledak. Morgan memegang pipi kanannya yang terasa panas, ia bingung untuk memulai ucapannya. "Udah puas?
ul untuk merangkai kata-kata pembe
gecut, Morgan!" lanjut Bianca berusaha sesantai mungkin. Ia harus mengendalikan emosi sebelum semua
ya. Bianca diberkati oleh Tuhan sebagai seorang perempuan, pemilik perasaan yang lebih sensitif dibandingkan laki-laki. Ia tidak akan membiarkan ser
ak ingin disalahkan, sebab obrolannya dengan Renald tadi bukan dimaksudkan untuk menghina tunangannya i
endiri dengan mata yang tajamnya tidak lepas dari mata elang Morgan. "Aku den
anc
akit hati. Air mata menggenang di mata rusanya, sekali saja Bianca mengerjap maka
kamu. Kalau kamu benci sama aku, sama sifatku, maka bencilah aku! Kamu bisa menghinaku seba
B
at aku dengan baik, meski pekerjaan menahan mereka di perjalanan bisnis yang ngga
normal. Karena itu ia ingin segera keluar, menghindari Morgan ya
n sudah memberi petunjuk jika pria itu menolak perjodohan yang berhasil melibat
maaf yang tak kunjung terucap. Tidak
, tapi bukannya mereka ngasih kesempatan buat nolak? Kamu bisa nolak, dan hubungan b
nikah. Aku bakal ngomong sama Mama nanti," ucap Bianca dengan suara bergetar. Ia membenci dirinya yang l
enci diriku jauh lebih banyak, karena nggak bisa membenci seseorang yang k
cinta itu. Awalnya Morgan berfikir jika Bianca tidak pernah mencintainya melainkan hanya rasa suka b
, jantungny
gin lagi. Jangan buat Bianca-Bianca
itu. Ruangan yang pertama dan terakhir kali Bianca datangi sebagai
gerepotin kamu. Aku bakal minta pada siapa pun, sebelum aku ma
enjauh dari Morgan. Tapi gerakannya terhenti, ia perlu menenangkan diri sebelum turu
dengan simbol tangga. Ya, di tangga darurat. Satu-sa
jah dengan telapak tangan, dan menangis dalam