icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ketika Cinta Tak Memilihku

Bab 4 Menunggu Es Krim

Jumlah Kata:1180    |    Dirilis Pada: 03/06/2022

ama sekali di wajah teduh dan penyabar itu. Aku yang semula mendelik dengan pertan

," Jawabku enteng. Namun, wajah Mas Catra nampak semakin ta

an ke atas kursi kayu berukir indah di teras rumah. Sepaket meja

tak lantas menjawab. Hanya menatap hampa ke arah depan, entah melihat apa

ku semakin penasaran dengan sika

rap ia akan kembali membuka mulut. Menyadari bahwa kini ia datang seorang di

ekilas, lalu kembali menata

ak pikiran buruk kembali melintas. Namun, hanya sebentar saja. Segera menepis hal itu, kare

t ke arahnya. Ia lantas mendongak, tersenyum

a-kemari, jelas sekali, pasti Mas Catra sedang gelisah. Namun, apa penyebabnya? Ia bangkit d

l mengayunkan kaki, menuruni anak tangga t

napa bur

yang harus segera diselesaikan," Ia menjawa

terlukiskan, bagaimana campur aduknya perasaan di dalam sana. Antara khawatir, bi

cil tiba-tiba sudah berada di depan mata, setelah keberangkatan bapak

eketika senyum ini terbit, berjongkok mense

di dalam sana, gejolak itu masih terasa. Namun, sebagian

pulangnya kapan?

mah. Menuju ke depan TV, tempat biasa ia menghabiskan waktu untu

sayang. Nanti juga pulang. B

*

aan rumah telah usai, dan ternyata waktu baru menunjukkan pukul sebelas sian

beranda rumah, menemani bagas bermain deng

alan depan itu. Iya, rumah kami memang dekat dengan sekolah SD dan TK. Jadi, saat hari-hari kami berselim

trategis untuk membuka warung kecil-kecilan. Menjual jajanan anak sekolahan sudah menjad

ba saja membuyarkan lamunanku. Aku menatap bocah

tu, aku memaksakan senyum sekuat tenaga. Ternyata, memaksakan

ab. Ia mendengus, memalingkan wajah ke arah anak-anak yang

get?" Ia kemb

m pulang. Memang ia bertemu dengan siapa? Mengapa sejak tadi nomor W

m selesai," Aku menjawab, yang a

mpatnya duduk. Terlihat sekali, bocah itu mulai tak tenang. Ia berma

ngan nomor whatsapp-nya, hingga saat ini juga belum aktif. Kami dikejutkan

rdiri, "ada apa

h ikut bertanya yang makin membuat diri ini penasaran. Apala

ir banget?" Pertanyaanku ini mungkin terdengar pol

a suami dan kakak kandungku memiliki hobi yang sama. Sesekali, wajah penyabar itu meliri

elidik. Sosok menatap hampa ke arah keponakan

kalian sekeluarga sela

. Memang kenapa? Kami tidak pernah bertengkar selama ini, mes

ran orang ketiga di dalam rumah tangga kami. Hanya saja semalam itu, ah

s. Memang ada apa, sih? Pertanyaan

ku semakin mengernyit, tak tau apapun. Mengapa mala

s sekali seperti orang bingung. Baru beberapa menit duduk di depan

kem

ahnya melirik ke arah ujung

ngkah itu, diri ini hanya bisa

i bermain dengan robot barunya di teras

rumah. Ia menghentikan motor, disambut dengan teriakan riang anak lelakinya. B

sabar. Mas Tirta terlihat berdecak liri

capek dan sudah sore, jadin

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka