Ketika Cinta Tak Memilihku
lakiku yang masih berusia tiga tahun. Sudah sejak semalam anak itu terus menerus mer
n keluarga kecil kami ini. Sejak Bagas baru berusia satu tahun, anak kecil itu harus
saat selalu merengek. Bertanya kapan bapaknya akan tiba di rumah. Puncaknya
ekerja di Ibu kota. Entah karena apa, sebelum ia pergi ke sana, yang kutau sesekali terdengar pertengkaran antara mbak Kirana da
nnya sebagai tukang kayu sering kali membuatnya kewalahan. A
uk menjemput pasangan kami yang baru pulang dari perantauan. Kami meminta ban
cardigan dengan terburu-buru. Lalu segera menyusul boc
ang belum?" Tany
epan." Tunjuknya ke arah luar, ketika tangan mungil
ng hanya berselisih satu tahun saja. Sejak kecil mereka ter
onjak kegirangan. Berebut masuk mobil
emani dua bocah balita ketika aku sedang repot, atau pergi ke pasar. Begitu juga
k kami saling menyayangi satu sama la
a ketika kami sudah berada di dalam mobil yang melaju
katanya sekitar jam tiga sore nyampai terminal," Jawabnya langsung menunduk. Aneh sekali, istri pulang kok wajahnya dit
memenuhi layar. Sebelum menekan tombol hijau, terlebih dahulu kuarahkan layar
u pada suami di s
a udah di Terminal ini," Suara Mas Tirta ti
abku menenangkan Mas Tirta yang sepertinya sudah lelah. Perjalan
k tungg
ngan telepon itu terputus. Lalu menengok ke a
gat. Jadi tak sabar ingin segera bertemu denga
t duduknya, mengintip keadaan luar melalui kaca jendela mobil. Begitu semangatnya mereka menyebutkan satu persatu
dan berteriak memanggil orang terkasih. Pak Anding membuka pintu mobil, mereka langsung mel
apa kali. Lantas menatap ke arahku, ketika aku berjalan mende
nya pada hidung dan kening ini. Tak ada kata terucap, hanya memperlama mengg
ng selalu membuat hati ini kian meleleh, enggan melirik yang lain. Ah, mungkin kedengarannya lebay. Tapi ini
ngin dan datar. Namun, aku selalu luluh dengan rayuan maut keti
Mas Tirta dengan suaranya
dengar Mas pulang," Sahutku tak kalah dramatis. Ia
gsung pulang, Mas?" Tanya
tuh segera istirahat," Jawab Mas Catra
mobil. Pak Anding membawa kami melaju dengan kecepatan sedang. Selama di perjalanan pulang menuju rumah ini,
ebenarnya ada yang sedikit mengusik kepala ini. Sejak tadi, Mas Tirta dan Mbak Kirana sesekali
ya? Ah, entahlah. Aku menggelengkan kepala dengan cepat, berusaha
aku saja merasa aneh. Lagipula tak ada salahnya, jika kepada
as istrinya pulang ke rumah yang terletak hanya dua ratus meter dari sini. Jarak luma
a. Setelah membedah semua oleh-oleh yang dibawa Mas Tirta, kami s
t manja di leher Bapaknya. Meski telah beberapa kali aku membujuk untuk me
ot barunya ini," Bujuk ku dengan menyodorkan robot baru dari Bapaknya. Akh
yar itu, bernama Kiran. Mas Tirta langsung menyambar gawai itu dan meminta ijin ke depan. Menimbul
nya sekedar bertanya kabar, bukankah dari jakarta mereka sudah satu kendaraan? K
*