Miranda's Heart
al
Ibu Miranda
isa diban
an di komplek CBD. Rukonya menghadap ke jalan raya. Pada spanduknya tert
randa itu menyebutkan nominal y
peneleponnya. "Ngomong-ngomong, b
angunan, Pak. Maaf, denga
tifikatnya bisa ditingka
rut peraturan pemerintah sertifikatnya harus Hak Guna Bang
mm..., berapa
ruko i
dah-mudahan Pak Carlos ini calon pembeli atau penyewa serius, batinnya harap-harap
pembeli langsung, broker lain, maupun makelar yang bekerja secara independen. Pun sudah belasan klien ya
empat parkirnya luas. Pengamanan komplek tersebut juga termasuk ketat. Ruko-ruko deretan bahkan belakangnya telah terj
sebut. Kliennya itu dulu membeli darinya saat ruko tersebut masih belum dibangun. Jadi orang itu cuma melihat lokasi dan dijelaskan berdasa
ngan bulan bangunan-bangunan komersial itu telah berhasil disewakan atau bahkan dijual lagi kepada pihak lain. Hanya satu ruko
Miranda?" tanya orang bernama Carlos itu ingin tahu.
lau aku berangkat ke sana sekarang maka akan terlambat menjemput Joy di daycare. Tapi kalau kesempatan ini k
arang berada di kantor, Pak Carlos. Kalau Bapak bersedia menunggu, sekitar
Anda di depan ruk
etemu, Pa
an, semoga ini orang yang Kau kirimkan u
ya sambil menelepon seseorang. Terdeng
da urusan mendesak yang harus saya selesaikan. Bisakah Joy saya j
rkata tidak apa-apa. Mira
ih, diakhirinya pembicaraan di telepon. Miranda langsung ngibrit meninggalkan k
*
a?" tanya gadis itu begitu kliennya seles
as. Bukan Bapak seperti waktu di telepon ta
a. Rambut pendeknya disisir ke bawah ala artis cowok Korea. Kemeja putih kotak-kotak biru yang dipakainya pas banget melekat
k mahal sekali, ya?" komentar pem
a kalau calon pembeli berakting sepe
adis itu mencoba menggali kebutuhan kliennya. Gunanya supaya dia bisa menun
oti Marti
satu perusahaan yang turun-temurun di kota ini. Roti-roti buatannya merupakan produk kelas menengah ke atas dan tak pernah sepi
ewaris tunggal Martin Baker
pir tak pernah terdengar desas-desus tentang keluarga itu. Yang dikenal warga kota
dapan dengan Mas Carlos Martin, pemilik Marti
dalah suatu keharusan. Tujuannya supaya dia dapat mene
s. "Pentingkah status saya sebagai Carlos Martin? Bukankah ya
sekali. Luar biasa angkuh orang ini, batinnya kesal.
jemput keponakannya di tempat penitipan anak. Maafkan Tante Mira, Joy, batinn
Saya pulang dulu. Tentang ruko ini, akan saya pertimbangkan lagi. Terima kasih ban
gilnya dengan sebutan Ibu kalau berbicara di telepon. Tapi begitu bertemu muka dan m