Miranda's Heart
ita tak henti-hentinya menghiasi wajahnya yang cantik. Sang kakak berusaha bersikap sama meskipun hatinya terluk
jam kerja. Di saat Lukas sedang tidak berada di rumah. Meskipun sesekali tak sengaja mereka
Namun rupanya hal itu justru membuat batin Lukas tertekan. Lelah rasanya menanggung beban seberat itu di usianya yang masih sangat muda, yaitu dua puluh dua tah
aulan yang tidak sehat. Narkoba membuatnya bermimpi selama beberapa saa
panjang. Ditatapnya fot
a membutuhkan figur seorang ayah. Aku sebagai tantenya Joy memang sangat menyayanginya. Juga berusaha melakukan yang terbaik baik baginya. Tapi tetap sa
ngalir kembali. Entah kenapa hatinya mulai terasa tenang set
enjalin hubungan dekat ayah kandungnya. Janji ya, Dik. Aku tunggu. Kalau sampai besok pagi tidak ada tanda a
Astrid. Setelah itu dikembalikanny
ping keponakannya yang masih terlelap. Wajahnya tersenyum tul
*
Gadis itu terbangun. Dimatikannya alarm. Lalu dia mengambil
permintaannya agar mendiang Astrid memberinya tanda jik
ri. "Baik lewat mimpi maupun hati kecilku. Apakah ini artinya dia nggak mas
li. Miranda berusaha menajamkan nalurinya. Menelisik jauh ke dalam relu
buka. Hati nuraninya tak memberikan petunjuk apapun. Berarti sang adik tak me
tergantung di dinding kamar. "Sebagaimana janjiku dulu padamu, Joy tetap berada dalam pengas
nda meraih ponselnya kembali.
ori pagi-pagi WA. Kapan
, muncul pesan balasan
gak keberatan, aku saja ya
ekali ketika Miranda memba
O
ang tak ternilai dariMu. Miranda mengirimiku pesan WA duluan dan bahkan bersedia kutelepo
tu menelepon Miranda. Pembicaraan mereka berlangsung dengan tenang, tanpa emosi. Semuanya demi keb
*
apa Joy ketika bertemu ayah ka
ah menunggu di sana. Gadis itu mengizinkan adik iparnya tersebut menghabisk
angsung mempercayainya dengan memberikan alamat lengkapnya. Bagaimanapun juga mereka sudah bertahun
gil dengan sebutan Om, ya," ujar Mir
nya, Tante?" tanya
ang tepat, Sayang," jawab
randa akan memberitahu Joy siapa aku yang sebenarnya, ba
imana?" cecar bocah itu ta
udah. Selanjutnya Miranda memangku keponakan tercintanya itu dan berkata,
ah
a ini papanya Joy?" sergahnya tak percaya. "Kata Tante Mira, Pa
h. Sembari menguatkan hatinya, pria
a pergi meninggalkanmu. Papa...Papa bekerja mencari uang di tempat yang...
annya lagi. Bahkan penjelasannya terhadap Joy tadi diucapkannya dengan terba
Joy maafkan, deh. Iya kan, Tante?" tanya
tubuh montok bocah itu sambil menangis tersedu-sedu. Joy sam