One Chance without Change
alian akan di sambut oleh ruang tengah yang di jadikan ruang makan sekaligus ruang tamu, di sebelah kanan adalah dapur dan di sebela
Tidak ada yang mau membuka percakapan terlebih dahulu.
membuatmu dalam masalah, seharusnya tadi kau biarkan saja kami", Si laki-laki berkacamata membuka per
tertarik. Dia hanya menunjukkan wajah datarnya. Tapi ada sesuatu yang menggelitik
oleh kami
na Ana
lahap. Maklum sudah dari pagi dia belum makan. Dia hanya akan makan kalau suda
ang, sebelum perkataan Ken
. Aku sangat ingin berteman dekat dengan kalian, tapi
!" Ucap Arka. Dia merinding mendengar
maksud begitu...
.....m
kan kalian saat disekolah, bukan sa
kau masih waras, kenapa sebe
ng kamu pikirkan, aku masih w
atkan rasa senang nya, tapi perutnya tergelitik melihat pertengkaran kedua laki-laki dewasa itu ha
menghadapi masalah itu bersama-sama", Ujarnya, tapi tetap saja Arka tidak percaya. Laki-laki berambut biru dengan lucunya terus membalas perkata
Hanya saja laki-laki berkacamata itu sangat mudah di b
nzie. Aku tidak serius, kau ini
pikir kau benar-bena
rekam pasti akan sangat viral nantinya", Arka
gat berisik dan terlihat menyebalkan.
"Ayo.... kita semua menjadi teman~bukan, ayo jadi lebih dari teman!!",
mangat menarih tangan nya di atas tanga Kenzie, "ayo!! Aku yakin kita akan jadi sahabat yang dekat", Mereka berdua melirik k
dengan datar. Mereka kembali melanjutkan acara makan mereka yang tidak selesai-selesai
∞∞∞
a P
sekolah ini. Bahkan tidak ada yang peduli dengan mereka yang terkena serangan fisik akibat dari pembullyan itu. Aku tidak bisa be
t bahkan hampir tiada. Orang tua murid tidak bisa melakukan apapun karena mereka bukan dari golongan
kolah, tapi mereka malah mengirimkan ku ke sini bahkan tanpa ada persetujuan dariku dulu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain m
kami bahkan keluarga kami sekalipun. Mereka malah memperebutkan harta orang tua kami dan tidak menyisakan apapun untuk kami. Beruntung aku maish punya
enghajarku habis-habisan. Bagi mereka tidak ada yang pantas masuk kesini selain golongan orang-orang kaya sama seperti mereka. Aku benar-benar ingin melaw
watir, dia selalu menangis ketika melihat ku pulang dengan darah dimana-mana. Aku harus tetap bertahan demi bisa lulus dan mendapatkan pekerjaan yang bagus. Agar adikku tida
u bekerja paruh waktu hingga malam bahkan