Takdir Yang Tertunda
t
amping tempatku terbaring. Rasanya berat sekali untuk membuka
seberang telpon membuatku terhenyak. Suara yang begitu sangat
t
as di jantungku mendengar suara di seberang telpon, entah sudah berapa lama suara itu tak t
ari tempat tidur. Hampir sebulan lebih manusia brengsek it
hati. Sambil menarik dan menghembu
k punya status itu dan seandainya selisih umur kita masih bisa d
a bahkan berderu dengan nafasnya anta
anya saja hatiku dari tadi komat- kamit tanpa henti bahkan air mataku pun tak m
pikir siapa yang perduli mencintai orang dengan selisih perbedaan umur yang begitu banyak!" teriakku
gan dia, Farhan. Seseorang yang bisa dibilang orang yang mene
LDR, tapi hubungan kami hubungan virtual, yang hanya dipertemukan lewat gadget dengan vc. Tapi hubunga
a wanita yang punya masa lalu kelam, dan statu
isa diterima di dalam keluarga yang berkasta dan ber
t
sanya sudah capek aku bertengkar dan ribut terus sa
aku minta maaf," suara di seberang panik. Tap
ku sambil mengusap wajahku yang keruh. Aku te
ua, aku capek begini! Kita sudahi
i, Sa
t .
at kelar. Tidak ada lagi yang harus ditunggu dan diharapkan. Sungguh rasanya capek sekali dengan
ng keras. Bernada panik dan ketakutan. Sesaat aku terdiam membiarkan suasa
a bersama. Dari awal, semua permasalahan ini hanya kamu yang b
saat ini aku tidak mau h
Huh, kuhembuskan nafas dalam-dalam sambi
i seberang telfon. Lama dia terdi
n aku lagi, Saya
mungkin di sana dia punya wanita lain, atau bahkan aku hanya tempat pelampiasannya saja. Tapi entah kenapa aku masih memaafkan dan mengharapkan masa depan bersamanya. Aku masih setia di sini menunggunya, pada
membuat orang naif dan bodoh seperti aku, terjerembab ke dalamnya. Aku memang hanya wanita kampung, yang t
pakkan tanganku ke kepala. Melampias
embuatku tersadar. Mengembalikan alam sadark
nya menghembuskan nafas panjang. Aku mengangguk pelan seraya me
**
mat P
ata sudah kayak mata panda, Kak. Begadang lagi apa
sku singkat. "Rei, hari ini kamu yang
ak, ke
-sama saja, hari ini ada hitung stok,
, K
memenuhi segala kebutuhan keluargaku. Meskipun pahit rasanya, tapi tidak munafik selama 9 ta
ov
sedang mengecek hitung stok di divisi kami. Sesekali dia men
banyak sekali?" suara itu bernada serius sam
." jawabku sedikit panik sambil berkali-kali m
bukuan tidak sesuai dengan hitung stok, yang
awab atas pekerjaan masing-masing!" suara itu menggema, suara milik manager keuangan yang men
g yang kurang. Heran juga aku, kemana barang-barang yang hilang itu. Setiap bulan pasti hitun
duk. Terlihat kaki ramping dengan sepasang
uncul di media sosialku. Dan entah orang ini siapa? Seperti seorang paparazi. Aku sendi
dan terlihat masih sangat muda dibandingkan diriku. Pagi ini, aku terima laporan bahwa dia karyawan baru di kantor ini se
ngan Farhan, atau malah dengan si bos yang ya, ampun arogantnya minta ampun. Sembilan tahun ker
, Aku harap mulai detik ini kamu persiapka n diri ksmu unt
nita cantik itu, tenang menatapku. Aku masih berusaha mencari jawaban atas sem
dari mana kamu kenal aku sebelumnya? Kenapa tiba-tiba bisa menge
ijawabnya, bahkan dia meninggalkan aku dengan se
**
SAM
emutuskan untuk mengakhiri semua. Percuma se
aku menggebu-nggebu dengan lengkingan kuat. Ada amarah yang luar biasa memenuhi ruang hatiku.
ar begitu tenang. Dia sudah begitu hafal kata per kata yang sering aku
anya aku yang mengharapkan kita jadi keluarga seutuhnya! Lepaskan aku! Aku mohon, please ...,
kan aku," kembal
lain, makanya minta kita putus!" tukasnya tajam. Belum
..
an komunikasi. Aku cek semua kontak yang bisa buat
h miris melihat kenyataan ini. Lantas untuk apa selam 6 tahun ini, aku menghabis waktu menunggunya? Setiap hari berusaha mengerti tentang keadaan dan ko
erlu ditangisi. Bukannya aku sen
engguyur badanku yang begitu letih. Menjernihkan fikiran dari kesaki
**
anita cantik yang sangat elegant. Namun tetap saja daya ingatku tak cukup baik, untuk mengakses siapa sebenar
t pagi,
i menunduk, ketika sosok itu melintasi meja kerjaku. Terlihat begitu dingin ta
ngan rambut cepak tertata rapi. Dengan gaya khasnya memasukkan tangan ke kantong sakunya. Waja
mukaku. Aku menarik mukaku yang tertunduk.
ekanan dalam nada suaranya. Sekilas
il bigbos ke ruangannya!" Fito, manager keuangan menatap tajam ke arahku
gugup sambari bergegas
u gemetaran. Keringat ding
mbukuan 6 bulan terakhir!" u
a berhenti berdetak, mendengar perintahnya barusan. Dalam hati, aku memaki diriku sen
ektur sambil menutup berk
u malah kamu belum sama sekali menyelesaikannya?" tu
an dada, dan menatapku dengan tajam. Seolah-olah siap menesa terbengkelai seperti ini? Selama ini kamu ngapain aja ...?!" suaranya melengking tajam
bulan depan kamu masih ada di kantor ini!" Bagai disamba
sudah main pecat-pecat karyawan. Aku berusaha menenangkan diri. Mencoba tetap berditu, sudah harus ada di meja saya! Kalau sampai laporan itu bel
usah rasanya mau membuka mulut. Aku
paham
karyawan. Aku terkejut, tanpa kusadari tubuhhku menyingsut ke belakang. Kakiku semakin gemetar. Jujur,
uk takut. "P
arena aku belum menyelesaikan laporan 6 bulan itu, sampai harus semarah ini? Aku
an pamit meninggalkan ruangannya. Rasanya plong setelah aku kemba
apu ruangan kerja ku. Sudah kosong, tinggal aku sendiri. Jam di tanganku menunjukkan pukul 5 sore. Aku men
h berdiri tinggi menjulang. Aku seketika terlon
, Pak! Hati-h
urus tanpa menoleh dan tanpa ekspresi. Waj
s. Kembali ku geluti komputerku dan berpa
gku dan merapikan meja kerjaku. Semenit kemudian, aku ber
uayunkan kakiku ke luar gedung. Badanku radan
agaimana besok-besok, seperti kerja rod
ar ponselku. Baru saja mau pesan taksi online tiba-tiba suara kalkson berbunyi dari ujung jalan. Reflek aku mencari asal suara itu. Gerakan
obil!" Tita
lalu, tapi kenapa masih main-main perintah saja? Tiba-ti
m saja? Aku suruh
di belakangku. Di bukanya pintu mobilnya,dengan reflek tangann
ri melirik wajah laki-laki yang tak lain bosku itu. Lagi-lagi kudukku meremang melihat mu
Aku terkejut mendengar suaranya. Dengan bergegas
mengantarmu pulang?" Dengan segera, aku membalikkan badan men
anjutnya dengan cepat aku turun dari mobil. Tanpa menghiraukan ekspresi mukanya. Pasti di muka i
kan oleh bawahannya. Selaku bos tak seharusnya dia diperlakukan seperti itu. Hatinya berdecak kesal. Muka datarny
SAM