icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Takdir Yang Tertunda

Takdir Yang Tertunda

Penulis: Ai
icon

Bab 1 Seorang Janda

Jumlah Kata:2652    |    Dirilis Pada: 25/05/2022

t

amping tempatku terbaring. Rasanya berat sekali untuk membuka

seberang telpon membuatku terhenyak. Suara yang begitu sangat

t

as di jantungku mendengar suara di seberang telpon, entah sudah berapa lama suara itu tak t

ari tempat tidur. Hampir sebulan lebih manusia brengsek it

hati. Sambil menarik dan menghembu

k punya status itu dan seandainya selisih umur kita masih bisa d

a bahkan berderu dengan nafasnya anta

anya saja hatiku dari tadi komat- kamit tanpa henti bahkan air mataku pun tak m

pikir siapa yang perduli mencintai orang dengan selisih perbedaan umur yang begitu banyak!" teriakku

gan dia, Farhan. Seseorang yang bisa dibilang orang yang mene

LDR, tapi hubungan kami hubungan virtual, yang hanya dipertemukan lewat gadget dengan vc. Tapi hubunga

a wanita yang punya masa lalu kelam, dan statu

isa diterima di dalam keluarga yang berkasta dan ber

t

sanya sudah capek aku bertengkar dan ribut terus sa

aku minta maaf," suara di seberang panik. Tap

ku sambil mengusap wajahku yang keruh. Aku te

ua, aku capek begini! Kita sudahi

i, Sa

t .

at kelar. Tidak ada lagi yang harus ditunggu dan diharapkan. Sungguh rasanya capek sekali dengan

ng keras. Bernada panik dan ketakutan. Sesaat aku terdiam membiarkan suasa

a bersama. Dari awal, semua permasalahan ini hanya kamu yang b

saat ini aku tidak mau h

Huh, kuhembuskan nafas dalam-dalam sambi

i seberang telfon. Lama dia terdi

n aku lagi, Saya

mungkin di sana dia punya wanita lain, atau bahkan aku hanya tempat pelampiasannya saja. Tapi entah kenapa aku masih memaafkan dan mengharapkan masa depan bersamanya. Aku masih setia di sini menunggunya, pada

membuat orang naif dan bodoh seperti aku, terjerembab ke dalamnya. Aku memang hanya wanita kampung, yang t

pakkan tanganku ke kepala. Melampias

embuatku tersadar. Mengembalikan alam sadark

nya menghembuskan nafas panjang. Aku mengangguk pelan seraya me

**

mat P

ata sudah kayak mata panda, Kak. Begadang lagi apa

sku singkat. "Rei, hari ini kamu yang

ak, ke

-sama saja, hari ini ada hitung stok,

, K

memenuhi segala kebutuhan keluargaku. Meskipun pahit rasanya, tapi tidak munafik selama 9 ta

ov

sedang mengecek hitung stok di divisi kami. Sesekali dia men

banyak sekali?" suara itu bernada serius sam

." jawabku sedikit panik sambil berkali-kali m

bukuan tidak sesuai dengan hitung stok, yang

awab atas pekerjaan masing-masing!" suara itu menggema, suara milik manager keuangan yang men

g yang kurang. Heran juga aku, kemana barang-barang yang hilang itu. Setiap bulan pasti hitun

duk. Terlihat kaki ramping dengan sepasang

uncul di media sosialku. Dan entah orang ini siapa? Seperti seorang paparazi. Aku sendi

dan terlihat masih sangat muda dibandingkan diriku. Pagi ini, aku terima laporan bahwa dia karyawan baru di kantor ini se

ngan Farhan, atau malah dengan si bos yang ya, ampun arogantnya minta ampun. Sembilan tahun ker

, Aku harap mulai detik ini kamu persiapka n diri ksmu unt

nita cantik itu, tenang menatapku. Aku masih berusaha mencari jawaban atas sem

dari mana kamu kenal aku sebelumnya? Kenapa tiba-tiba bisa menge

ijawabnya, bahkan dia meninggalkan aku dengan se

**

SAM

emutuskan untuk mengakhiri semua. Percuma se

aku menggebu-nggebu dengan lengkingan kuat. Ada amarah yang luar biasa memenuhi ruang hatiku.

ar begitu tenang. Dia sudah begitu hafal kata per kata yang sering aku

anya aku yang mengharapkan kita jadi keluarga seutuhnya! Lepaskan aku! Aku mohon, please ...,

kan aku," kembal

lain, makanya minta kita putus!" tukasnya tajam. Belum

..

an komunikasi. Aku cek semua kontak yang bisa buat

h miris melihat kenyataan ini. Lantas untuk apa selam 6 tahun ini, aku menghabis waktu menunggunya? Setiap hari berusaha mengerti tentang keadaan dan ko

erlu ditangisi. Bukannya aku sen

engguyur badanku yang begitu letih. Menjernihkan fikiran dari kesaki

**

anita cantik yang sangat elegant. Namun tetap saja daya ingatku tak cukup baik, untuk mengakses siapa sebenar

t pagi,

i menunduk, ketika sosok itu melintasi meja kerjaku. Terlihat begitu dingin ta

ngan rambut cepak tertata rapi. Dengan gaya khasnya memasukkan tangan ke kantong sakunya. Waja

mukaku. Aku menarik mukaku yang tertunduk.

ekanan dalam nada suaranya. Sekilas

il bigbos ke ruangannya!" Fito, manager keuangan menatap tajam ke arahku

gugup sambari bergegas

u gemetaran. Keringat ding

mbukuan 6 bulan terakhir!" u

a berhenti berdetak, mendengar perintahnya barusan. Dalam hati, aku memaki diriku sen

ektur sambil menutup berk

u malah kamu belum sama sekali menyelesaikannya?" tu

an dada, dan menatapku dengan tajam. Seolah-olah siap mene

sa terbengkelai seperti ini? Selama ini kamu ngapain aja ...?!" suaranya melengking tajam

bulan depan kamu masih ada di kantor ini!" Bagai disamba

sudah main pecat-pecat karyawan. Aku berusaha menenangkan diri. Mencoba tetap berd

itu, sudah harus ada di meja saya! Kalau sampai laporan itu bel

usah rasanya mau membuka mulut. Aku

paham

karyawan. Aku terkejut, tanpa kusadari tubuhhku menyingsut ke belakang. Kakiku semakin gemetar. Jujur,

uk takut. "P

arena aku belum menyelesaikan laporan 6 bulan itu, sampai harus semarah ini? Aku

an pamit meninggalkan ruangannya. Rasanya plong setelah aku kemba

apu ruangan kerja ku. Sudah kosong, tinggal aku sendiri. Jam di tanganku menunjukkan pukul 5 sore. Aku men

h berdiri tinggi menjulang. Aku seketika terlon

, Pak! Hati-h

urus tanpa menoleh dan tanpa ekspresi. Waj

s. Kembali ku geluti komputerku dan berpa

gku dan merapikan meja kerjaku. Semenit kemudian, aku ber

uayunkan kakiku ke luar gedung. Badanku radan

agaimana besok-besok, seperti kerja rod

ar ponselku. Baru saja mau pesan taksi online tiba-tiba suara kalkson berbunyi dari ujung jalan. Reflek aku mencari asal suara itu. Gerakan

obil!" Tita

lalu, tapi kenapa masih main-main perintah saja? Tiba-ti

m saja? Aku suruh

di belakangku. Di bukanya pintu mobilnya,dengan reflek tangann

ri melirik wajah laki-laki yang tak lain bosku itu. Lagi-lagi kudukku meremang melihat mu

Aku terkejut mendengar suaranya. Dengan bergegas

mengantarmu pulang?" Dengan segera, aku membalikkan badan men

anjutnya dengan cepat aku turun dari mobil. Tanpa menghiraukan ekspresi mukanya. Pasti di muka i

kan oleh bawahannya. Selaku bos tak seharusnya dia diperlakukan seperti itu. Hatinya berdecak kesal. Muka datarny

SAM

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka