Hello, My Husband
ukan pada pintu membuatku yang baru saja
ertengkar dengan 'suami' siang tadi aku langsung terkapar di ata
pintu sana. Aku memiringka
iapa lagi kalau bukan Gian. Aku yang tadinya terbaring dalam p
kepala, membuat rambut sepu
r nggak?" Suaranya
elera!" tebakku berapi-api. Sepertinya mulutnya akan
utuh bantuanmu
g membalut sebagian tubuh, menuruni ranjang deng
tus setelah membuk
menjatuhkan tubuhnya padaku, beruntungnya kedua kaki
ertambah sewot, lahar dalam
an kepalanya di bahuku. Tinggi kami tidak berbeda jau
u terjeda karena Gian menyambar
ntar ... saja," lirihnya m
meluk punggungku, erat, erat sekali,
dak timbul. Ingin menolak, tapi tak bisa mengelak secara
panjang dari biasanya, terlihat hingga menutup telinga, entah kapan terakhir kali dia memotong rambut.
apa seb
ulang-ulang hal yang sama, kenangan sebelas tahun yang lalu. Saat itu dia membawaku ke salah satu
ku menurut, seketika melingkarkan tangan pada pinggangnya. Kuda besi
disuguhkan begitu mempesona. Tebing-tebing curam di pinggiran jalan pun tak terlihat menakutkan, karena pe
iuman membuatku tak henti-hentinya mengh
bus patas tengah malam. Udara penuh polusi Ibu Kota Jakarta tak bisa dibandingkan dengan ini.
akkan di rumah milik keluarg
lum banyak orang yang tahu," ucap pemud
. Lautan hijau zamrud menghipnotis, membuaiku, hingga lupa bagaima
melingkari pinggangnya. Aku tersentak,
gis. Dia membalasnya
gas kusambut tangan itu. Kami be
rsama keluarga. Di kota ini banyak pantai, loh. Dan semuanya indah."
tingkah saat pemuda pemilik lesungan
ap, belum bisa mengatasi dentuman hebat pa
tertunduk saat langkah kami terhenti, pem
tangan Gian berada di pundakk
riuh terdengar, dan sentilan pada
an. Ah, ternyata dia mengerjaiku. Kami masih tujuh belas tahu
a. Setelah sampai tepian laut, dia menyeretku masuk air. Teriakkan dariku pun tidak dia indahka
adanya hingga dia terjengkang di air. Kini, bukan
air. Kami bermain seolah-olah tak ada lagi hari esok. Tawaku
p lembut pipi ini. Sentuhannya menghanyutkanku. Entah sejak kapan wajah pemuda itu berada terlalu dekat dengan wajah ini,
ari Gian menyadarkanku
u mulai panik dia seper
rsengal. Langsung saja kuraba
h berat pria itu terperoso
m, tapi bibir tipis itu s
embawanya menuju tempat tidur. Tentu saja tempat tidurku. Memapah tubuh tegapnya yang hanya berjarak beberapa meter menuj
aik-baik saja. Bagaimana bisa aku tahu dia dalam kondisi baik? sedangka