Hello, My Husband
aninya sekarang. Pasti ujung-ujungnya ber
n saat pria tinggi di hadapan meletakkan kedua tangannya pada sanda
kat sebelah membuatku susah payah meneguk saliva. Dia
a? Takut? Atau ... ah, pilihan yang kedua langsung terte
ap balik netra sipit
akin gaduh. Tidak, tidak, aku tidak boleh terpengaruh
Aku menunjuk kakiku dengan li
an kaki kira-kira apa ya yang bakal kena?" Seketika waja
ihku hampir
a nampak kesal. Padahal aku hanya bergumam, tapi dia bisa mendeng
erangkat tanpa dosa. Lekas beranjak
agian rok yang kukenakan, seolah banyak debu mene
m lenganku dengan tiba-tiba. Menariknya
' batinku
pitnya yang melotot terlihat begitu
yaku kepayahan
telingaku. Dia terlalu dekat hingga napas hangatnya me
atnya, lengkungan di bibir pun l
Pria tegap di belakangku t
Eng-enggak, biasa aja, kok!" Astaga ... kenapa
anget!" Kekehan keluar dari mulutnya
jadi lemah sejak kepu
up, jika terus-terusan begini aku bisa masuk ke dalam lubang
npa ijin seperti tadi!" keluhnya membu
bahas it
kataku masih me
i stabil, meskipun masih penuh penekanan. Aku nggak s
mbelakanginya. "Jangan begini ..
tak saat memanggil namaku. Remasan di ulu hat
membelakanginya, enggan rasanya melihat
a susahnya sih?!" ucapnya memb
u membuatku mengangkat wajah, tak ingin linang
mengerti kenapa dia tib
ng ...." Air mataku luruh satu-persatu, tak mampu lagi menahan sesak y
tatapannya yang terpaku padaku itu. Aku tak
itu salah? Bukankah dia juga sahabatmu?" Bis
lunak. Entah seperti apa raut wajahnya sekarang, ai
ngusap mata, aku ingin jelas melihatnya. Bukan, lebih tepa
ra hubungan kita," katanya yang langs
sa kamu cemburu pada orang yang sudah tiada, Gian? Ravis bahkan tidak ada di sini."
panku, jangan pernah kamu sebut nama itu l
membalas tata
akukan karena aku paling nggak suka pada seseorang yang segala kebutuha
Bisa-bisanya dia bicara seperti itu padaku. Dia ang
n membuatku tak mampu berkata-kata. Membungkam mulu
u istriku selama ini?"
epala, kening pun berkerut dalam. Bisa-bisanya dia mengangg
g apa, kita tetap pasanga
tas kerta
hanmu." Dia masih sama saja
nikah bukan hanya memenuhi kebutuhan menggunakan uang saj
h, aku tahu maksudmu." Kaki jenjangny
ucapnya berdiri tepat di depanku, senyumnya y
mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Reflek
engan sukarela," katanya lirih tepat di depan mukaku, sebe
g ada di pikira
lebarnya hingga dia mundur satu langkah. Gegas berbalik
ggu
t. "Apa lagi?" tanyaku
g dalam mimpimu?" Entah kenapa tata
ran?" Senyum
ah kamarku, memasukinya dan menutup pintunya dengan keras. Meninggalkanku yang sedang
n dia? D