Hello, My Husband
tanyaku saat derit pi
aku kembali?" Dia
nisnya di negeri Jiran. Aku tahu betul, dia pergi hanya untuk menghindar dariku. Keterlaluan. Dia
ng. Aku pulang, bukan hanya mampir dan pergi lagi," kata
u berdiri angkuh
ndung banyak pertanyaan. Apa artinya dia bakal menetap? Tapi kenapa? Bukankah
Tak ada jawaban, hanya helaan napas y
? Benarkah tak ada harapan untuk hubungan yang sempat dip
ng menitipkan hati? Giandra Putra Gunawan, nama yang da
udah semakin dekat. Aku sudah tak mencintainya, tapi ke
idur. Kuraih benda pipih berlayar sentuh di sana, waktu sudah menunjuk angka lima lebih tiga puluh meni
ngnya. Mungkin masih di kamar sebelah, kamar yang disulap menjadi ruan
buang napas berat. Sebenarnya, apa tujuan dia pulang? Tak ada kabar
eruannya membuatku
nikah!" Kutatap nyalang laki-laki berpakaian formal yang sedang dud
membuang napas kasar dengan sudut bibir terangkat sebelah. Dia k
tolakku
jamin kesejahteraan itu padamu. Hanya dengan satu syarat ...." Dia seperti negosiator handal. Ck! Keterlaluan, dia kira semua
sangat menggiurkan?" Memang tak bisa diragukan lagi kemampuannya dalam berbisnis, pantas saja cabang perusahaannya yang
p hutang. Jumlah yang sangat besar untuk kami yang tak berpenghasilan tetap. Baginya, i
unggu sampai ayah memberikan seluruh kuasa atas perusahaannya padaku. Ya ... sekitar dua tahun
....," Aku sengaja m
ci yang tersisa untukmu sekarang. Dan murni karena sebuah wasiat konyol pening
aku biasa saja. Gemuruh jantung tak biasa yang dulu
gat menguntungkan untukku? Aku hanya perlu menjadi istri di atas kertasnya, dan semua inginku bakal
ikuti permaina
atakan syarat darimu." Dia masih
hadapan orang-orang, selain itu anggap saja kita tak pernah
ontak kusilangkan tangan di depan dada. Nggak sopan. "Bagaimana mau kontak f
tak bergairah? Jika kamu benar-benar normal, tak
iba-tiba pria itu ba
san. Aku tak mau, secarik kertas hitam putih membuatku kesulitan dikem
jari kanank
tempat saat pria itu tiba-
nmu ratu," bisiknya tepat di samping telinga, hing
mi keluarga dan kebahagiaanku sendiri. Lepas darinya, aku
ng
e-ku sepertinya telah sampai. Benar saja, saat pintu terbuka seorang kurir berseragam hijau
t anggukan dan senyuman ramah darinya. Segera aku
bahkan bungkusan plastik yang k
ku seraya berjalan menuju dapur. Pria yang baru saja keluar dari
ewotku melirik t
bungkusan styrofoam yang baru saja k
likku! Kalau lapa
u, 'kan?" Kepercayaan diri
eli lima bungkus sekalipun tidak akan pernah merasa cukup!" A
ata membola sempurna, beraninya dia berkata begitu pada
ginya lebih sedikit daripada aku, membuka pintunya, meraih sebotol
g satu, ataupun dibuang semuanya, itu urusanku!" Kuraih plastik beri
g mengenal, kenapa dia malah