KhaRisma
ebuah kafe yang tampak ramai pengunjung. Lalu Risma masuk ke
baju warna kuning dengan bawahan jeans bir
idak terlambat," cicit Risma
suk ke dalam kafe, lalu dia melangkah m
berbaju kuning itu mengangka
n datang," balas wanita
iknya ke belakang, lalu dia
nku dan akan aku menawarkannya pada orang lain,
adi ada suatu hal yang t
ad
atap gadis yang sedang duduk di depannya. Gadis cantik d
mbilnya," ucap
luarkan sebuah kunci, lalu menaruhnya di atas meja berdekatan dengan gel
ran, "Biasanya ada beberapa k
napas mendengark
. Jika hanya karena kunci dipermasalahkan dan kau membatalkannya, oke ... aku aka
eletak di atas meja sebelum wanita paruh baya itu berubah pikiran dan menga
ersenyum puas dan menerim
menghitung uang yang ada di dalam.
nda transaksi telah berhasil. Risma membalas mena
a membalas uluran ta
nganmu, Ris." Nilawati beranjak dari d
di dalam genggamannya, lalu dia melihat sisa uang yang ada di dalam amp
Mama dan Papa. Ini sudah keputusan gue." Risma merenung sesaat. Memasukkan am
dan mulai sibuk memakai sepatu rodanya. Kembali dia menghela napas, men
lirihnya pelan. Risma menggelengkan kepalanya, "Tidak-tidak ... gue
ang yang berlalu-lalang di trotoar. Tentunya dengan memperhitungk
�
elesai, pasti akan datang masalah baru. Kita semua sejatinya manusia biasa. Kita bisa merasa senang, bisa juga berduka. Dalam hidup ini, kita juga bisa mengalami kebahagiaan a
nyak masalah. Masalah adalah pelangi yang mewarnai kehidupan kita semua. Hidup tanpa masalah adalah mustahil. Masalah akan selalu ada di manapun, kapanpun, dan besar ataupun kecil. H
masalah. Bukan masalah utang, tapi ini adalah masalah keluarga yang h
ksa. Baik lahir atau pun batin, tapi Kharis selalu bersabar dan terus b
at kamar kos yang dia tempati bersama dengan Bagus berantakan dan baunya sangat tidak enak
rapikannya, kok,"
ada gue juga yang merapikan dan me
apikan," timpal Bagus yang masi
uci, bukan malah disimpan s
ma gue empet lihat
dong. Lagi pula lu punya rumah kenapa
ar-benar langsung m
menyuruh gue pulang ke rumah. Lu ngusir gue?" bela Kharis. "Lagi p
merasa, ya suda
gue bakal ca
da, dari raut wajahnya terlihat sangat
n nada panjang dan melempar
a pulang ke rumah. Lu punya rumah kenapa
uat lu?" b
enak itu tinggal di ruma
kan? Terus kenapa lu sewa kamar kos
n nyewa kos, tidak seperti
pa suka sekali cari perkara sama gue?" Kharis
dan Bagus yang tinggal satu
abat dekat Kharis. Keributan bag
embali akur seperti semula. Dua sahabat yang benar-benar seperti anjin