MEMBALAS HINAAN BAPAK
k akan berbuat hal yang menyakitkan hati. Waktu sudah hampir maghrib ketika mereka tiba. Sumi menyodorkan helm yang dipakai
saja! Kamu gak usah jemput!" tukas Sumi
u yang terdengar. Lelaki itu pergi
tambahan lauk makan, biasanya gak ada apa-apa. Uang belanja Ibu pun,
asih makan, semua harus beli. Hanya air minum saja yang gratis. Untuk pulang pergi pun harus naik ojek sampai
arna putih. Sepatu satu-satunya yang harus cuci, kering, pakai, kadang
nyambut kedatangan Sumi. Perempuan paruh baya itu selalu
an ke kamar untuk menyimpan tas kecil berisi
lalu menunaikan Salat maghrib. Setelah itu, Sumi beranjak ke
ru saja menyimpan piring plastik be
h lancar, Bu
ng terjadi. Dia sudah terlalu banyak membuat Ibu susah dan membeb
juga!" tukas Ibu. Dia pun berlalu meninggalkanku yang menyuap sendirian. Dudu
a. Tampak menyembul wajah Bapak. Dia menenteng berkat, se
ada orang. Dia menyimpan satu bungkus ke dalam rak. Sudut mata Sumi menangkap jika
amar mandi menoleh pada Bapak. Tampak wajah Asril penuh d
ak mau pergi lagi
h Sumi dan ikut duduk di kursi di samping Sumi. Dia melihat piring S
a gak makan kenyang! Ini tadi ada ayam dan lauk
mi juga makan gak ada lauk! Mana dia capek pulang kerja!" tukas Ibu ketika
anan enak! Sudah kerja kok malah ngerepotin, nambahin biaya ongko
yang tadinya nikmat, menjadi pahit. Tak nyaman de
ya nanti keburu basi!" Ibu tak lagi hendak memperpanjang
ga buat ongkos! Dasar gak anak gak becus!" gerutu B
g masih sisa setengah, tak lagi ada selera. Dikecupnya pucuk kepal
iri. Lalu membuka pintu samping dan membuang nasi si
yang meleleh tak kompromi. Ah, memang hatinya terlalu cengeng. Na
r karena putri sulungnya tak
Bu!
bergegas masuk ke dalam dan
u, ya!" tukasnya sambil menggendong si bungsu yang ma
*
menunggunya di depan rumah ketika dirinya baru saja mengisi botol air minum yang akan dibawanya. Meskipun suda
sih dimintanya dari Ibu. Tak enak karena Bapak selalu saja mengungkitnya. Ya, namanya orang baru ker
dia tinggalkan setiap kali mau keluar rumah. Baginya keridhoan orang tua a
, ya, Sum!
k berbicara sedikitpun. Dia tam
an sindiran ataupun perkataan kasar pun sudah sangat beruntung untuknya
ti, beda ama yang satunya yang ngabisin mulu duit orang tua!" tukasnya. Tak menyebut nama Sumi secara
rangkat kerja juga. Sumi menerima helm seperti biasa, lalu melajukan sepeda motornya. Tak
aki bertanya seraya melaju
berpura-pura tak menge
, aku bisa pinjemin kok bahu i
Sumi menjawab asal. Zaki terkekeh, lalu meminta Sumi berp
*
apang, sudah boleh belajar bawa pemain ke lapangan! Yang disebutkan namany
u lalu menyebutkan nama-nama. Ada sekitar lima belas orang yang d
dan Rita jaga OOB di lapangan teratai hole satu. Sumiati dan Tina jaga OOB di lap
bawa pemain agar bisa mendapatkan uang tips tambahan. Setidaknya bisa untuk ongkos
h berpencar, hanya saja Sumiati tertinggal saputangan kecil untuk lap keringatnya. D
ika Sumi san tak masuk sebab sakit?"
ingat kemarin sempat ada masalah. Hiraka Yamada berjalan cepat dengan wajah tamp
ag-nya!" tukasnya. Sumi terdiam sejenak, bukannya tadi katanya d