MEMBALAS HINAAN BAPAK
h mau satu tahun lulus sekolah tapi belum kerja juga! Belum ngasilin duit! Mending adik kamu yang sekolahnya SMP doang, suda
tuk ke sekian kalinya omelan itu terasa menusuk hati Sumi. Bapak selalu mengungkit keingina
erja! Sudah kirim lamaran juga!" tukas Su
ng, kartu SKCK, mana? Mana hasilnya?!" Suara Bapak makin meninggi membuat Ibu yang teng
ya, mau gimana, toh?" tukas Ibu. Perempuan yang
usah nurutin kemauannya buat sekolah lagi, ngabi
an kedua orang tuanya. Ibu yang membelanya dan Bapa
hanya tersekat bilik teriplek dengan ruang tengah. Keluar melalui pintu samping.
seratus lima puluh senti, membuatnya selalu kesulitan mendapatkan pekerjaan. Entah sudah berapa puluh lamaran yang dikirimkannya. Nam
. Hatinya sedih dan luka atas perlakuan Bapak, tetapi bisa apa? Dia hanya
in, nanti tamu datang belum ada apa-apa! Kamu itu memang selalu ingin membuat Bapak malu ya di depan ca
Pak! B
nggiran Kawasan industri, masih ada petakan-petakan sawah milik tetangganya yang terbentang. Beberapa warga generasi lama pun masih ada yang bertahan sebagai petani, sebagi
endapat perlakuan seperti itu dari Bapak. "Apakah sebetulnya aku ini bukan anak kandungnya?" Kadang pertany
aji di meja makan. Begitu pun air panas dalam termos, beberapa piring kue yang mendadak dipesan dan bebera
kolah SMA karena dia sadar jika dia tak secerdas Sumi. Umurnya yang hanya selisih dua tahun, membuat keluarga harus memilih siapa yang akan melanju
i. Dia membersihkan tangan dan membasuh muka dulu agar tak terlalu terlihat ku
u dan tak bisa menerima lamarannya. Akhirnya dia mendekati Intan karena memang wajahnya mirip dengan Sumi. Namun entah dengan hati, dia pun
ati---kakaknya, yang ini Intan---adiknya. Alhamdulilah
ra itu, Sumi kembali ke dalam. Entah kenapa mendengar pernyataan Bapak, hatinya mendadak sesak. Bapak seol
agar ketika ada panggilan pekerjaan itu mudah. Meskipun lagi-lagi Bapak selalu mencibirnya. Rupanya ada pesan dari Tita---teman sekelasnya yang kini sudah kerja di salah satu perusahaan automotive. Tita
uga katanya yang lumayan! Kalau mau bawa lamarannya ke rumah sore nanti,
tinggi badan, Ta! Tapi aku mau coba. Gak
ta tengah
golf, Sum! Kebetulan lagi ba
Bapak muncul dan menyiramkan air padanya. Beru
masih di rumah gak kerja-kerja! Gara-gara kamu
ar. Apa lagi salahnya? Bahkan sejak pagi sudah susah payah memasakkan untuk kel