icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MEMBALAS HINAAN BAPAK

MEMBALAS HINAAN BAPAK

Penulis: Evie Yuzuma
icon

Bab 1 MHB1

Jumlah Kata:1023    |    Dirilis Pada: 09/05/2022

h mau satu tahun lulus sekolah tapi belum kerja juga! Belum ngasilin duit! Mending adik kamu yang sekolahnya SMP doang, suda

tuk ke sekian kalinya omelan itu terasa menusuk hati Sumi. Bapak selalu mengungkit keingina

erja! Sudah kirim lamaran juga!" tukas Su

ng, kartu SKCK, mana? Mana hasilnya?!" Suara Bapak makin meninggi membuat Ibu yang teng

ya, mau gimana, toh?" tukas Ibu. Perempuan yang

usah nurutin kemauannya buat sekolah lagi, ngabi

an kedua orang tuanya. Ibu yang membelanya dan Bapa

hanya tersekat bilik teriplek dengan ruang tengah. Keluar melalui pintu samping.

seratus lima puluh senti, membuatnya selalu kesulitan mendapatkan pekerjaan. Entah sudah berapa puluh lamaran yang dikirimkannya. Nam

. Hatinya sedih dan luka atas perlakuan Bapak, tetapi bisa apa? Dia hanya

in, nanti tamu datang belum ada apa-apa! Kamu itu memang selalu ingin membuat Bapak malu ya di depan ca

Pak! B

nggiran Kawasan industri, masih ada petakan-petakan sawah milik tetangganya yang terbentang. Beberapa warga generasi lama pun masih ada yang bertahan sebagai petani, sebagi

endapat perlakuan seperti itu dari Bapak. "Apakah sebetulnya aku ini bukan anak kandungnya?" Kadang pertany

aji di meja makan. Begitu pun air panas dalam termos, beberapa piring kue yang mendadak dipesan dan bebera

kolah SMA karena dia sadar jika dia tak secerdas Sumi. Umurnya yang hanya selisih dua tahun, membuat keluarga harus memilih siapa yang akan melanju

i. Dia membersihkan tangan dan membasuh muka dulu agar tak terlalu terlihat ku

u dan tak bisa menerima lamarannya. Akhirnya dia mendekati Intan karena memang wajahnya mirip dengan Sumi. Namun entah dengan hati, dia pun

ati---kakaknya, yang ini Intan---adiknya. Alhamdulilah

ra itu, Sumi kembali ke dalam. Entah kenapa mendengar pernyataan Bapak, hatinya mendadak sesak. Bapak seol

agar ketika ada panggilan pekerjaan itu mudah. Meskipun lagi-lagi Bapak selalu mencibirnya. Rupanya ada pesan dari Tita---teman sekelasnya yang kini sudah kerja di salah satu perusahaan automotive. Tita

uga katanya yang lumayan! Kalau mau bawa lamarannya ke rumah sore nanti,

tinggi badan, Ta! Tapi aku mau coba. Gak

ta tengah

golf, Sum! Kebetulan lagi ba

Bapak muncul dan menyiramkan air padanya. Beru

masih di rumah gak kerja-kerja! Gara-gara kamu

ar. Apa lagi salahnya? Bahkan sejak pagi sudah susah payah memasakkan untuk kel

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka