Lidah Menantu
" Kudengar suara Dini,
ahutku. Kulanjutkan p
belum ada lauk? Dini l
ini sudah berdiri di amb
emarin numpuk, makanya, M
lau jam segitu, Dini makan lagi! Nyucinya tinggal
ini nang
Dini gak mau tau, jam sebel
dengan cucian. Kugelengkan kepala melihat perlakuan menantuku itu. Kulanju
*
h mateng," panggilku.
i yang kusam, dengan rambut acak-
nya Dini lagi sambil mengunc
ok di atas meja, lauk s
gerah!" ucap Dini sembari langsun
gelus dada, mengha
udah memasuki kepala enam dan aku seorang jan
eduaku, Wita, sudah menikah terlebih dahulu sebelum Imron dan memiliki sepasang an
an menyayangiku seperti ibunya sendiri. Namun, ibarat kata, jauh panggang dari api, jauh pula harapanku. Dini sepertinya, tida
ra dari luar. Aku menuju ke depan
jawabku. Ternyata
uk, Nduk? Biasanya, kan g
r, Wita diprotes lagi!" Bibir Wita
mengerti apa
ia, gak diajak?
g diajak kesini,
a gak mau
itu toh, Nduk?"
tipis. Lalu menyodork
ap. Tadi habis panen sayur di belakang, hasilny
t. Dah lama mak dak makan urap.
ari sini, lebih dari urap yang dibawa!" T
i, apa maksud ucapan Dini. Kulihat, Wita m
?" tanya Wita de
! Kalau kesini buat nyusahin, mending g
i wajahnya, Wita menahan kesal. Dia menarik
nganggu di sini, jadi, Wita gak bi
ti, Nduk! Salam sama B
encebikkan mulutnya. Tak lama dia beranjak ke dala
emohon. Kuelus punggungnya berha
nya mas Imron, sudah Wita ajak
sabar, Nduk! Gak
ri kemarin-kemarin nyindir terus! Makanya, Wita jarang ke sini. Ini, kalau gak mas Bagas, yang
i alasannya, kenapa Wita s
dah-mudahan, Dini cepat sada
susah sadarnya, M
ja, Nduk. Allah Maha Meng
Mak jangan capek-capek, ya! Wita berpa
an, mak sehat sel
a menghidupkan motornya.
Imron memperkenalkanku pada Dini, anak itu terlihat santun
ra Dini memanggil dari arah dapur.
i makan. Kulihat, Dini sedang menghadap piri
on pulang." ucap Din
lillah,"
, mengharuskan dia sering bepergian. Terkadang untuk order barang, menagih sekalig
sa, Mak bilang, Dini yang urus semuanya! Mak, jangan pernah ngomong macam-maca
lagi untuk kesekian kali. Kapa
"Mak denger, gak? Terlihat
lu kamu ingatkan lagi. Llagipula selama
Mak sudah paham
seperti ini. Pandai berpura-pura. Apakah karena kepandaiannya i
utin makan lagi, Mak ke d
ali. Belum lagi, penyakit rematik yang kuderita, sering membuatk
r kamar. Perut pun sudah terasa keroncongan. Aku menuju ke meja tamu,
pur, barangkali
! Apa yang kamu l