WURAKE
ada darahnya
rturut-turut, aku tidak lagi mendapatkan bercak nifas d
mnya, yang mana ada yang hingga empat puluh hari pasc
su dikarenakan banyaknya sel-sel syaraf yang rusak atau putus pada saa
hawatir sama sekali akan mengalami pendarahan, padahal kemarin baru g
k diam menjiwai pakaian-pakaian kotor Rania, tanpa sadar telah kehilangan bany
u memulai rutinitas yang sudah menjadi tanggung jaw
empat mengucek beberapa potong pakaian,
an! Kau mau bunuh kami, ya,
pun harus berseteru dengan diri sendiri, pada akhirnya aku be
, tiba-tiba saja pula bayi kami, bayi yang belum se
"Tolong lihat anak kit
tergesa-gesa menuju ke kamar tidu
g lalu, tetapi tangis bayi kami belum juga kunjung
, dia?"
ur, ya, nangis kayak gini." Rania menjawab dengan nada acuh tak
uaranya
idak apa-apa!
galkan Rania dan bayinya di ruangan remang-remang, ruang ya
g, menyeduh segelas kopi, sebelu
linting-linting tembakau bambu, di sini aku
ng kesekian. Kuisap dalam-dalam, sambil sesekali menyelinginya den
n kegamangan pikir. Semua ini seolah hendak mengokohkan keb
ifas di malam hari. Tangis bayi kami yang belum juga ada tanda-tanda jika akan re
membereskannya, itu sama dengan secara tidak langsung sengaja mengundang par
gan. Sudahlah begitu, Rania seolah tidak mengijink
am terus
ah, tiba-tiba pula aku dikejutkan
ci
ukuran kaki yang semuanya sama panjang. Namun, tid
n. Sehingga caranya berjalan, kucing ini lebih menyerupai cara manusia berjalan, merangkak dengan menggunakan
anya diam hingga beberapa saat lamanya
ggangku. Keris berkelok yang tajam di kedua sisinya ini, memang sengaja senantiasa aku siaga
lagatku, kucing ini
a mena
akhirnya ia memalingkan wajah, m
. Namun, sayang! Baru beberapa langkah, kedua kakik
segera pula aku berkomat-kam
udian, berhasil,
enjauh, menghilang ke dalam kegelapan malam sana. Masih berharap dapat menyelesaikan
n menerobos ke kegelapan searah
cil di u
erembus di celah-celah pepohonan, tidak apa pun lagi yang terdengar di dalam hutan yang ada d
ah terlanjur berada di area hutan kecil, tempat yang aku yakini sebagai tempat terakhir menghilang
tku nekat untuk melawan ras
t, Bara, jan
nkan diri sambil terus mer
apa lama
angan yang bergerak-gerak dari balik seb
ng di hutan malam hari seper
hati-hati aku beringsut maju, berjalan setengah
kemud
Bara! In
a, membelah kesunyian malam, mengadang ayunan
Nyaris
emilik suara ini, maka niscaya malam ini akan
u bikin ap
ari Mangga,
penduduk asli di desa ini, tetapi aku tahu persis kondisi hutan kecil ini. S
idak tahu bagaimana c
u teringat pada bayi kami di rumah sana. Ini mungkin jeba
as aku menuju kamar tempa
rlah!" gum
ang, aku masih bisa melihat bayi
Kenapa bayi kami terdiam s
lampu minyak yang ada di ruangan ini
k, sedang tanganku yang lainnya ak
ini. Tubuhnya tak lagi merespon sebagaimana biasanya. Penasaran, aku meny
a. Sedetik kemudian, merasa kurang yakin, juga ingin memast
han ...