icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kafan Hitam

Bab 2 1. JASAD TANPA KEPALA

Jumlah Kata:1216    |    Dirilis Pada: 06/04/2022

iboeh,

menyingsing di ufuk timur, pagi yang tenang tak lagi terasa. Bak angin yang berembus ce

orang pria berseragam abu-abu tengah mewawancarai beberapa petani. Ja

ang terbujur kaku itu. Dilihat dari pakaian serta ciri-ciri fisik, wa

h sana,” tunjuk Asep ke arah sisi jalan yang dinau

itu benar-benar terjadi. Sebagian penduduk berpikir mengenai siapa gerangan si pembunuh, setengahnya bertanya ke

eorang polisi bertubuh tambun, “kami juga akan ba

ng lain. Matanya mengawasi warga yang kian

ubar!” pinta polisi yan

persawahan. Sebagian besar pergi dengan masih dihantui per

di tempat. Jemarinya sejak tadi tak berhenti gemetar, sedang dahinya terus-menerus mengeluarkan keringat. Pria itu sama sekali

kan diri menoleh. Sialnya, matanya malah tertuju pada ja

*

ikan adalah kematian Mbah Atim yang misterius. Ada dua masalah yang timbul dari meninggalnya si penjaga makam Mak Lilin tersebut. Pertama, sia

elaksanakan kewajiban kita pada jenazah,” ucap Rojali

ak. “Tapi kalau boleh jujur, siapa pun tentu tak mau kalau harus meman

ang, kemudian mendaratkan

a. Beberapa di antara mereka tertunduk, sisanya menghisap rokok dalam-dalam, berusaha menyenyahka

g duduk di samping Pak Dede. Yaya

Yayat. Merasa jadi pusat perhatian, pria

ide, Yat?” t

ulu menyeka keringat di dahi. “Punteun,” u

, Pak Yayat,”

atu per satu orang yang hadir dalam pertemuan. Bukan tanpa alasan ia berkata demikian. Pria tua itu pernah mendengar cerita

ertunduk, takut sal

rtemuan berbagi pand

ruhan cerita itu. Nyatanya, cerita yang kita dengar tentang kejadian beberapa puluh tahun lalu itu,

urai kembali cerita lama itu dalam pertemuan ini. Saat ini, mereka d

andikan dan mengafani jenazah yang tak utuh,” lanjut Pak

n, lulusan pesantren di kabupaten. Ia bekerja sebagai mandor di kebun sayur milik pesantren di desa ini

nya saja karena warga desa menghargai ilmu agama dan sumbangsihnya pada desa, ia masuk daftar

ntuan ke kecamatan?” usul Pak Yaya

dut bibirnya. Ia bahkan sampai terbatuk-batuk setel

pura-pura simpati dengan permasalahan kita. Selebihnya mereka tidak akan peduli. Lihat jalan desa! Sudah berpuluh

akukan, Ustaz?” tanya Pak H

ang tertuju padanya. Pria paruh baya itu berdecak kesal karena merasa diabaikan. Dibanding bertanya pada dirinya, orang-oran

pihak pesantren di kabupaten,” ucap Rojali

sahut hampir

rbuat banyak. Ia hanya bisa pura-pura te

ni juga.” Rojali sedikit membenarkan let

atan akhir dari diskusi ini adalah Pak Dede bersama warga lain akan meng

ergerombol di langit. Entah mengapa aliran udara yang ber

en Mak Lilin itu adalah pendatang yang tak diketahui asal muasalnya. Pria itu secara sukarela menawarkan diri sebagai penjaga kuburan meski tanpa diberi imbala

berbicara dengan Mbah Atim. Jika tak sengaja berjumpa, pria tua itu hanya bertanya

Ia sedikit mengencangkan jaket. Perjalan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 00 - Ciboeh2 Bab 2 1. JASAD TANPA KEPALA3 Bab 3 2. Santri4 Bab 4 3. Kebingungan5 Bab 5 4. Kain Hitam6 Bab 6 5. Jenazah yang Hilang7 Bab 7 6. Diskusi8 Bab 8 7. Doa Bersama9 Bab 9 8. Penyusup10 Bab 10 9. Tolong Saya11 Bab 11 10. Obrolan Warung12 Bab 12 11. Rencana13 Bab 13 12. Gubuk14 Bab 14 13. Ruang Rahasia15 Bab 15 14. Undangan16 Bab 16 15. Kunjungan Seorang Cucu17 Bab 17 16. Kelompok Berseragam Hitam18 Bab 18 01. UJANG (1)19 Bab 19 01. UJANG (2)20 Bab 20 17. Sejarah Desa (1)21 Bab 21 18. Sejarah Desa (2)22 Bab 22 19. Kecurigaan23 Bab 23 20. Pertanyaan24 Bab 24 21. Kunjungan25 Bab 25 22. Perbicangan di Dalam Gubuk26 Bab 26 23. Potongan Kepala27 Bab 27 24. Teror (1)28 Bab 28 25. Teror (2) 29 Bab 29 26. Musyawarah30 Bab 30 02. MAKHLUK HITAM (1)31 Bab 31 02. MAKHLUK HITAM (2)32 Bab 32 27. Sosok yang Hilang33 Bab 33 28. Rasa Cinta34 Bab 34 29. Sosok Pengawas35 Bab 35 30. Dugaan yang Keliru36 Bab 36 31. Penjaga Makam37 Bab 37 32. Pesantren38 Bab 38 33. Penguntit39 Bab 39 34. Kiai40 Bab 40 35. Pesan Dari Rojali41 Bab 41 36. Kalong Hideung42 Bab 42 37. Rojali43 Bab 43 03. RITUAL (Part 1)44 Bab 44 03. RITUAL (Part 2)45 Bab 45 38. Kepulangan Ujang46 Bab 46 39. Cerita Dari Ujang47 Bab 47 40. Kebuntuan48 Bab 48 41. Informasi Dari Ilham49 Bab 49 42. Penolakan50 Bab 50 43. Rencana Baru51 Bab 51 44. Keterkejutan52 Bab 52 45. Dua Pusaka53 Bab 53 46. Ketidaksukaan54 Bab 54 47. Kecemburuan55 Bab 55 48. Kekesalan Reza56 Bab 56 49. Peringatan Dari Sang Guru57 Bab 57 50. Lamaran58 Bab 58 51. AEP59 Bab 59 52. Kebencian Aep60 Bab 60 53. Amarah Reza61 Bab 61 54. Kekalahan62 Bab 62 55. Obrolan Dua Sahabat63 Bab 63 56. Liontin Merah64 Bab 64 57. Ujang dan Engkos65 Bab 65 58. Dua Pemimpin Kalong Hideung66 Bab 66 59. Kegundahan Reza67 Bab 67 60. Mimpi68 Bab 68 61. Awal Perjalanan69 Bab 69 04. DUA SAUDARA (Part 1)70 Bab 70 04. DUA SAUDARA (Part 2)71 Bab 71 62. Kemunculan Mbah Atim72 Bab 72 63. Musyawarah Warga73 Bab 73 64. Cerita Dari Sang Bapak74 Bab 74 65. Penyusupan Ke Pesantren75 Bab 75 66. Hilangnya Buku Pusaka76 Bab 76 67. Dua Kejutan di Pagi Hari77 Bab 77 68. Sepucuk Surat78 Bab 78 69. Tuduhan Aep79 Bab 79 70. Orang Suruhan80 Bab 80 71. Larangan81 Bab 81 72. Pembuktian82 Bab 82 73. Dalang Kerusuhan83 Bab 83 74. Markas84 Bab 84 75. Dugaan Rojali85 Bab 85 76. Kesalahan86 Bab 86 77. Musuh Desa87 Bab 87 79. Amarah Warga Desa88 Bab 88 80. Lukman89 Bab 89 81. Korban dan Pengusiran90 Bab 90 82. Fitnah91 Bab 91 83. Kebohongan dan Pertemuan92 Bab 92 84. Penyesalan93 Bab 93 85. Pertarungan94 Bab 94 86. Pemimpin Kalong Hideung95 Bab 95 87. Kekalahan96 Bab 96 88. Kemunculan yang Tiba-tiba97 Bab 97 89. Menyusun Rencana98 Bab 98 90. Kembali ke Desa99 Bab 99 91. Pengepungan100 Bab 100 05. KEJAHATAN (Part 1)