The Blue Eyes
E
n depan villa, tepatnya di samping kiri ruang tamu. Sekali-sekali masih terde
. Kegiatan menunggu Viana menjadi hal yang
a tetap tidak mau mendekatiku yang hanya bisa memandanginya dari jendela. Hingga akhirnya
ulit dengan lembut. Sesaat setelah terjaga aku bergegas jalan masuk ke kamar mandi
enyapu ruang tengah. Wajahnya sudah tampak le
panas dari kopi yang mengaliri tenggorokan, menghadirkan sensasi hangat yang menenangkan. Tanganku terulur menga
ngan kebun yang ditanami sayur mayur. Disusul dengan Tari yang memb
nggak?" tanya Bu Ismi sambi
kan siang, ya?" A
anjang. Bingung mau dibuat apa k
ara Tari tampak menyibukkan diri menyiangi sayuran. Aku bilang menyibukkan diri, karena pada kenya
lentingan tentang kejadian lain di
as?" balas beliau de
u pergi dari sini, atau
dak terdengar oleh kedua putrinya. "Sebetulnya, bapak pernah cerita. Ada yang ngasih tahu,
r dan melanjutkan pekerjaan. Setelah menghabiskan sarapan, aku berpamitan pada ketiga perem
*
kan. Setelah berusaha keras untuk mencapai puncak, akhirnya aku tiba d
g mulai panjang. Kurapatkan jaket hingga batas leher, dan
elipatnya dengan tangan terjuntai tepat di atas lutut. Menikmati pemandangan
h yang membuatku senang tinggal di sini. Aku memang benar-benar mem
itu yang kian mendekat. Sudut bibirku terangkat membingkai senyuman kala mengenali so
a meletakkan ransel dan membukanya. Mengeluarkan satu tempat makanan berbahan
ich. Menggigit ujungnya dan terbeliak saat merasakan sensa
ya dengan seulas
ka yang pedas-pedas?" tanya
emudian terkekeh. Tanpa sadar aku ikut tertawa pelan. T
y mendengarkan dengan saksama. Sekali-sekali dia mengangguk tanda paham dengan isi cerita, sembari menata
enanyakan hal yang Mas omongin temp
?" tanyaku den
dari almarhum ayahnya. Karena kakek lebih banyak berada di asrama s
beberapa orang bolak balik ke rumah itu, sebelum ters
empercayai berita itu. Terutama setelah sering melihat penampak
an puzzle yang sangat menarik. Kami melanjutkan obrolan hingga sedikit lupa akan
annya saat membantu Risty turun. Kemudian, kami jalan melintasi area yang
ri di ujung jalan. Viana sepertinya memang sedang menunggu. Dia melayang men
renda hitam di sekeliling bagian bawah gaun. Secarik senyuman tercetak di wajahnya y
malaman," ujarku m
ke rumah," sahutnya de
tanpa perlu dipanggil." Aku merasa sed
jawabannya," tukas Viana sambil memba
ana berdiri tadi. "Apa maksudnya, Ris? Aku benar-benar
uk bisa menembus rumah. Jadinya dia hanya
an? Pag
, Mas. Apa kamu bisa membuat p
osok astral. Tetapi aku tidak mempunyai kemampuan lebih dari itu," jawabku sembari m