The Blue Eyes
E
. Embusan angin seolah-olah menerobos masuk lapisan k
ya dingin menggigit, tetapi siang sampai sore matahari bersinar dengan teriknya. Malam har
dengar dari bibirnya. Ibarat radio, mengalun tanpa henti dan cukup merdu di telinga. Hari ini, Titin---anak pertama
encuri-curi pandang ke arahku yang sedang duduk di kursi putar dekat meja besar yang ada di ruang per
ilku sembari
a. Mungkin dia terkejut karena tidak menyan
tinggal ampasnya," pintaku sembari mengacun
jutkan mengetik di laptop, dan baru berhenti saat meliha
engan pria lainnya," ucapn
ng dengan maksud perkataannya dan sangat menung
sembari berpindah tempat dan
Kalau saja ada menyaksikan Viana berpenampilan seperti itu di malam ha
nyaku sambil me
masuk ke ruangan sambil membawa nampan. Perempuan bertubuh mungil itu meletakkan
elas dan menyesap teh yang rasa m
menjauh dengan mengepit nampan di depan dada. Sepertinya dia tid
yaku pelan. Berusaha berhati-hat
n. Senengnya memanfaatkan perempuan
is, karena makin tidak mengerti dengan m
erempuan itu sejak tadi melirik, lan
ap Viana yang aneh sejak tadi. "Nggak apa-apalah. Sekali-sek
t dingin. Tangannya dilipat di depan dada. Dagu terangkat d
yaku sambil bertopang dagu. Berusaha mengalihkan p
sama orang yang suka buang hajat di sembarang temp
tapi jangan bikin orang sam
hku. Dia aja ya
tanya Bu Ismi dan Titin. Viana tampak mengulum senyum, kemudi
*
tahari siang tadi. Angin yang berembus ri
urut melambai, seakan-akan tengah menari terdoron
i menguat untuk menarikku ke bawah. Sepatu boot cokelat yang digunakan juga sudah terbenam beberapa kali di berbagai titik lumpur
sebuah makam lama yang nisannya terbuat dari marmer yang sangat indah. Di bagian tengah nisan te
asa sangat sunyi. Beberapa titik kendaraan yang banyak melintas di jalan
i sini banyak terdapat villa milik pribadi
n villa, menandakan daerah ini cukup banyak pengunjung. Ditambah lagi dengan dibangunnya sebuah w
bali dengan seulas senyuman indah di bibirnya. Aku seolah terhipnotis dan tidak s
tolong?" tanyanya
cuma bisa bantu agar ada yang mau menol
sambil memicing
n ngomongnya. Bentar lag
nyempurnakan jas
pendengaranku sendiri. Sepersekian detik berikutnya aku terdiam, berusaha me
n dengan layak di sebelah makam ibu," jawabnya dengan suara yang bergetar. J
cara agar bisa memenuhi permintaan Viana yang benar-benar unik. "Makam
dah berpindah duduk di hadapanku. "Makamku tidak jauh dari sini. Bahkan, kamu