Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter
ra menyimpan ponselku ke dalam tas. Begitu pun dengan Nia yang tampak san
manfaatnya. Apa suamimu memakai pel
aku memintanya memakai pelindung ponsel agar saat ponsel itu
li pelindung ponselnya. Aku akan menambahkan fitur pengaturannya di ponselmu setelah i
Sebaiknya kamu pasang itu nanti saat dia pulang kerja. Jadi besok kita ke sini lagi, u
alankan tugas pertamamu," ucapny
pria ini benar-benar masih menyimpan perasaan untukku? Apa benar dia masih sendiri karena menungguku
nerima uang muka terlebih dahulu? Aku takut, kamu berpikir aku tidak serius dan mungki
jika kau lari lagi kali ini!" bisiknya, tapi masi
gkat panggilannya padaku, dan aku mengangguk setuju. Setelah Nia pergi, Ferdi tampak menatapku dengan lekat
angan bilang kamu suka sama istri orang!"
tanya Ferdi balik, mem
cuma bercanda, jangan dibawa
selalu di hatiku!
erdua dengan Ferdi. Aku melirik ke arah pintu dan ponsel
tidak akan macam-macam padamu. Bagaimana pun, aku
balasku dengan
apa lama kamu menikah dengan
dia pria yang menurutku tipe suami idaman, maka aku menyetujui perjodo
Udah kayak di film Siti Nurbaya aja ni
. Demi kesehatan Papi, biarlah aku mengalah. Tapi, sehari setelah aku resmi menikah dengan Ma
ke tempatku duduk. Dia menyodorkan selembar tis
ak bermaksud,"
nggak bisa nahan air mata
ali masuk dan mena
ru tinggal nelpon bentar aja lo," tanya Nia de
sedih aja, tiba-tiba ingat Papi," jawabku
udah bahagia kok di Surga," kata-kata Nia membuat h
n pendapat, aku dan Nia pamit untuk pergi. Karena tak terasa, su
pasti akan menghubungimu secepatnya," uca
punya nomor ponselku?
a mungkin aku bisa menghubunginya jika aku saja tak memiliki nomor ponselnya. Namu
u tinggal memint
padaku? Mumpung aku ada
esok. Besok kan aku ke sini l
g nelpon calon klien aku. Aku nggak bisa pastiin nih kalau bes
ang sendiri aja." jawabku, lalu be
an Ferdi. Malu dong, seorang Winda terlihat salah di depan cowok. Karena
nya itu. Aku merasa lega, karena Ferdi hanya berdiri
nih. Yuk, ke Restoran Jepang di ujung Jalan Cempaka itu. Kat
ngkat!" jawab Nia dengan gaya a
uka itu, aku dan Nia melirik meja kosong. Karena mun
kosong tak berpenghuni. Kami segera duduk dan witers datang membawa daftar menu.
api aku sepeeti tidak asing dengan postur tubuh dan potongan rambut pria itu. Di depan pria itu, kulihat Mami dengan pakaian ala wan
akan sejumlah menu dalam nampan, pria itu menoleh.
lirihku pelan