Diary Cinta Naelsa: Macaca Lova
ember
r D
pelajaran bahasa Ind
ak bisa untuk
ar hampir yan
asih aku
g-degan neri
erikan contekan ini seg
ya dengan anak kelas 2. Tadi juga seperti itu. Aku tidak duduk dengan Sriana. Tapi dengan Kak Nadya. Sesuai nomor urut absen kami. Selama ujia
a 6 soal yang belum selesai. Sekalipun pertanyaannya merupakan pilihan jawaban yang sudah di sediakan, tapi tetap saja aku nggak ngerti musti memilih yang A, yang B, yang C
eperti sedang bertanya, sudah belum? Aku bilang belum sambil menggeleng ringan. Sambil melirik ke arah Bu G
apa ke padaku Aku melirik ke arah Bu Lina. Setelah yakin beliau tak me
ketika satu orang teman sekelasku maju menyerahkan lembar jawabannya ke arah Bu Lina. Itu artinya sem
da di depannya berdiri maju ke arah Bu Lina. Mereka menyerahkan lembar jawabannya. Setelah itu kemb
20 menit. Yang sudah selesai coba di cek lagi lembar ja
Deretan kedua dari arah pintu. Aku menatap keluar kelas. Tiba-tiba saj
lan melintasi kursi deretan di sebelahku. Irham sampai di sebelahku. Tangan kanannya tampak memegang sesuatu. Ia
nggelam dalam bacaan korannya. Aku menatap Irham yang sudah di dekat pintu untuk keluar. Dengan gerakan i
an yang aku tanyakan padanya. Buru-buru aku menjawab nomor-nomor yang masih aku kosongi jawabannya tadi itu. Aku
--------
nuar
r D
ngobrol s
, Devi, Amar
ngen ngebentuk kelo
ak sam
i kejadian yang mana. Ada banyak kejadian yang aku alami sewaktu sekolah dulu. Terbilang wajar
ma teman sebangkuku, Sriana. Sekitar 5 menit lagi jam istirahat akan be
nto. Ia ke bangkunya Tri terlebih dahulu sebelum ke
ai semua?" tanya Irham yang kin
da
eh l
ol
pelajaran Fisika. Ada tugas dari Pak Setiawan. Kam
di tanganku. Aku menyodorkan bukuku itu ke Irham. Tampak Irham membuka bukuk
a? Ada
dangan matanya da
anmu sama kayak aku. Jawab
bisa? Rumu
gg
u hasilnya nggak sama.
pa kita bisa be
Tri memahami maksud per
Ia mengamati buku tul
aku yang sala
ku juga salah nih. K
engga
u ngerjainnya juga masih mengira-
ngganggu
sih? Serius amat,"tanya E
erlihat berubah. I
apa,"sahut
mi. Ekspresi wajah Irham semakin masam. Ia
k kelompok belajar be
. Ekspresi wajahnya
Makasi
lho, nggak cuma belajar ngerjain
ntikan sejen
ggak m
lompok ini, nantinya, siapa yang nilai ujiannya paling
r, karena nggak pengen di suruh
n nafas panjang se
. Tapi aku nggak minat
an Arnela ntar ada Sita juga lho. Kalau ditamba
nak orang kaya. Dia baik hati juga selain pintar.
bertaut. Sepert
wok? Yang bener aja. Ngga
tu? Kamu udah punya kelom
matanya terlihat menyelidik. Aku mena
" jawab
gabung sama
t Irham sambil berlal
menandakan jam istirahat berakhir berdering.
---------
nuari
r D
gobrol sam
ta maaf
rat untukku yang ng
nggak
yang mera
panjang sebelum membay
ku. Ia menghampiriku dan mengajakku minggir dari lorong rak buku.
g lainnya. Sesungguhnya di meja baca ini sedang tak ada orang. Cuma kami berdua saja, seh
k perumahan denganku. Hanya beda blok saja. Kami teman sepermainan. Beb
maaf ya s
rena masa
r aku ceritain,"
annya itu, tapi aku iyakan saja. Aku mengang
apa s
eny keliata
amu lewat aku.....," katanya
a yang belum paham benar karena
tu nggak aku k
aikkan
mu," terdengar suar
a juga memperlih
ada di dekat kita, ibumu denger yang kita omongin, terus pas aku mau pulang, ibumu bilang jangan lakukan i
an sekelasnya ada yang nitip salam ke aku. Sebenarnya aku juga nggak ngerti anaknya yang mana, waktu itu aku hanya mengiyakan saja. Kami mengobrol di ruang tamu, ibuku di ru
aku buat kamu. Tapi suratnya a
terlalu heran juga. Toh, tadi dia sudah bilang kala
kita nggak ketemu. Aku bawa pulang surat-surat itu. Besoknya aku cari-cari kamu, nggak ketemu lagi, ya sudah, aku k
gganggu
n seangkatanku. Terus ada Gustiawan
gak mengenal nama-nama yang
l mereka. Darimana
enggendika
p suratnya k
ka tahu kalau kita tingga
imana sih
alau kita satu komplek. Kan beberapa dari mereka
gganggu
kan suratnya nggak
ku juga takut ketahuan ibuku. Jadi lebih baik begitu. Dikem