icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Diary Cinta Naelsa: Macaca Lova

Bab 5 Kasihan Irham

Jumlah Kata:1099    |    Dirilis Pada: 30/03/2022

vembe

r D

lajaran

u tintan

rya meminjam

beriku

a itu b

yata

olpoi

n di masa itu mel

as sudah berkumpul sesuai kelompok masing-masing. Posisi kelompokku

tiap kami berkelompok di pelajaran Biologi. Bu Hariyati meminta kami membuka buku paket. Irham menyada

jem bolpo

ku bisa leluasa ngobrol dengan Su

inmu k

s tin

bawa ca

gg

menyerahkan bolpoin yang

ti yang ada di depan kelas. Irham juga su

ihat buku paket. Beberapa menit kemudian beliau meminta kami menca

pa nggak m

t. Dan melihat ke arah Bu Hariyati. Si

lompokku. Seisi kelas jadi ikut mel

a rusak, Bu,

gur Bu Hariyati tadi Irham. Terlihat

arang bolpoinnya,"

g untuk beb

an bolpoin atau beli bolpoin dulu sana! Kalau

mendikte lagi. Kami langsung sibuk mencatat. Aku serius mencatat. Nanti cat

dorkan buku catatanku. Dia pun secepatnya mencatat. Bu Hariyati menyuruh kami

erasi ya?" tanyaku ke Irh

ngan suara berbis

aku juga mau be

apa

aku sampai pinjem bolpoinnya Sur

t. Ia tersenyum beb

poinnya Surya.

ak. Kaget se

ati badan Irham dari arah belakang untuk menyentu

tanyaku pelan tapi ma

uk

u kasih ke aku kal

lan ada bolpoin ada di dekatku. Ya sudah

Dia sampai di suruh kel

juga t

tunya bolpoinmu. Kukira itu bolpoin cadangannya

mengga

gak tahu," imbuhku d

ters

bil aja," katanya sa

----------

vembe

r D

pelajaran

mengajar t

kut sa

it waktu bola voli-n

di bahan tertaw

kut yang menyerupai penyakit ngeri ketinggian gitu sih, cuma takut terhantam b

wa olahraga itu langs

gan saya pak!" teriak

ndre mau menunjukkan teknik melempar dan mengembalikan bola dengan betul. Kami membentuk f

tadi. Tapi bukan itu yang aku lakukan. Saat bola melayang ke arahku, aku malah jongkok sambil menutupi k

agi. Beliau memberikan pengarahan lagi. Be

e arahku, dan berharap aku bisa mengembalikan

aku tetap berdiri tegak, tangan siap memukul bola, hanya saja mataku tertutup rapat. Mungkin

buah suara terd

ola itu matanya harus m

ah tawa dari

si Irham. Ia berdiri di depanku. Aku menggerakkan

? Bola?" t

gangguk

tuh di depan Irham. Aku tak melih

mengukur bolanya akan jatuh dimana.

memuku

ahutnya

sepertinya menyerah untuk mengajariku memukul bola. Beliau sudah

am istirahat. Ada anak kelas 6 yang asyik main sepak bola. Salah satu menendang bola dengan keras. Yang jadi kiper tak sanggup menangkap bola itu. Bolanya

at, temanku itu berpostur tinggi besar jika dibandingkan aku saat itu. Pukulan bolanya keras mengenai punggungku. Aku terjerembab jatuh. Kembali gusiku berdarah karena pipiku menghantam tanah. Lutut kananku juga terantuk batu dengan keras. Ada rasa ngilu setelah

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka