icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Anything For You

Bab 3 Bertemu Dia

Jumlah Kata:2053    |    Dirilis Pada: 23/03/2022

-masing, keduanya membisu, meski sesekali, Andre mencuri-curi pandang ke arah Adriana

ke sana buat ngurus display sama disuruh bawa banner plus nyari tukang buat nempelin

la, manggut-manggut tan

ni menghentikan kegiatannya. Rambut berwarna merah dan panjang itu selalu mencuri perhatiannya, ada rasa yang sulit dikatakan oleh hatinya ketika melihat Adriana menggerai kem

alas dia menjawab, “Oh sekarang ‘gue’ sama

esal. “Iya, sekarang ‘gue’ sama ‘loe’, ada larangan gitu kalau aku

n pekerjaan kamu, u

itu, cuma sekadar pemberitahuan

dre. Gemas melihat ekspresi Adriana yang manyun-manyun, sembari mendelikkan kedua

au ngante

ak. Jalan

ouldn’t asked

emegang beberapa berkas. Wanita paruh baya berambut pendek dengan highligh berwarna putih di tiap helai rambutnya—alias uban—membetulka

nyum getir mendengar jawaban Adriana yang spontan tanpa

agus,” ujar wanita

gus apa ya? Kok feeling saya be

ect di Bali. Ehmmm …, tiket yang ada di kamu, Ndre, itu nanti kasih ke saya, mau diubah tanggalnya, harusnya kan lusa, nah jadi besok berangkatn

Bu, kerjaannya boleh saya bawa ke rumah?” tanya Adriana sambil cengar-cengir kuda. S

mbantu kamu. Oh ya, Andre, hari ini temani Adriana ke Mampang untuk ubah display dan pasang segala macam buat diskon gede-gedean. Sekalian kasih tahu SPG sama SPB di toko, promo apa saja yang akan

, dan senang memakai rok di atas lutut itu terkadang memberikan tugas yang bisa membuat keduanya mual-mual mendadak dan mengala

g. Kayak gitu bukan disyukuri, perusahaan tuh membayar semua akomodasi kalian selama

ngkin saya bisa enjoy, ini kita berdua lho, berdua! Saya sama Si Gu

ngan saya dulu.” Mariana tak memedulikan ocehan-ocehan Adriana, dia meninggalkan ruangan keduanya sambil melenggang santai. Peduli apa, buatn

menyenangkan. Sarkasme berlebih, belum lagi kelakuan Andre yang membuatnya sakit kepala, dan hal menyebalkan lainnya, apa mungkin dia bisa bertah

e datar, kedua tangannya sibuk merapi

at? Aku belum mempersiapkan ba

ggal bawa aja. Makanya jadi cewek bisa mengat

h, juga hal-hal buruk lainnya?” Adriana menggebrak meja dan berdiri, tensi darah mendadak

deh. Apa yang aku omong selalu kamu anggap sebaliknya, kamu

. Ayo berangkat sekarang! Gerah aku lama-lama

wajah Adriana yang memerah karena kesal. Dia menunjuk ke

*

t, tak ada yang mau mengalah, bahkan kendaraan umum seolah ingin merajai jalan besar yang sudah sangat padat, bahkan sulit unt

dari satu mobil ke mobil angkutan umum lainnya, menawarkan jajanan, barang-barang murah, sambil sesekali berteriak mempromosikannya. Adriana melem

nyu

banget sih kamu, Adri. Tolong

udah saya buka, ehm … rokoknya sekali

Mbak. Enaknya punya asisten kayak begini,

lakannya—“jangan manja, nggak cocok sama mukamu yang dingin kayak gitu mau manja-manja. Duh,

engeluh. Kamu

memangnya mau

ku senang banget membuat gambar, mendesain sesuatu semauku, dan aku

rusan yang mereka ambil sewaktu kuliah dulu. Andre yang pendiam, senang berkutat dengan kesibukannya sendiri, dia ingat Andre pernah membuat sebuah sketsa wajah miliknya dari pe

re tiba-tiba, dan Adriana tahu, Andre tak bersikap nyinyir, kal

api kenapa kamu meminta

jawab Andre asal. Pernyataan barusan membuat Adriana ingin menam

au bantu kamu. Semoga mimpimu ngga

, kamu harusnya mendukung, dong. Kan, kalau kita punya

senang main perintah,” celetuk

ng sama kamu. Hmmm… Adr

Y

k ada maksud bertanya apa-apa kayak gini. Apa benar, setia

i dan kesal itu muncul begitu saja. Entahlah, aku juga nggak mengerti, kenapa bisa seperti itu

ya, mau cari yang bi

ak kemacetan, meski mereka harus meyeberang untuk mencapai toko tersebut. Adriana merasakan lapar yang teramat sa

i hari, sekarang sudah mulai malu-malu dan berwarna kelabu. Andre sudah memarkirkan mobilnya di

erhentikan kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya. Adriana tak sadar sebuah motor ninja berk

n mendekap Adriana dengan tangan satunya. “Goblok! Nggak punya ma

cepat, tak bisa membayangkan jika saja Andre tak menar

sambil terus menyeberang jala

t di leherku tak perlu menegang setiap saat berbicara denganmu. Terny

ai di depan toko roti. Andre langsung melepas dekapannya di bahu Adriana, dia bar

s ya, kamu mau ikut ma

tar lagi mau hujan, aku nggak mau hujan-hujanan di tengah kemaceta

, ba

nnya, satu tangannya mengeluarkan handphone di dalam saku kantong celana kerjanya. Beberapa SPG di toko sebelah mencuri-curi pandang ke arah Andre, Andre d

n menggeliat man

ndesah d

raguku m

i hadir di dalam

tak pernah be

ng lalu yang sebenarnya membuat dirinya sakit setiap Adriana mengatakannya, sehingga ragu selalu menyerang dirinya. Andre tak pernah memperbolehkan Adriana untuk menambahkan dirinya di daftar pertemanan di facebook miliknya, sejuta alasan dibuatnya; jarang dibuka

ri,” gumam Andre pe

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka