HATE BEING A RICHMAN
ang berbicara dengans eseorang yg berpakaian rapi. Namun ketika Tsabit memarkirkan sepeda
ya terlambat?" Tsa
a membatalkannya. Bapak harap akan ada kesempatan yg lainnya untukmu." Gurunya
apa-apa," jawab
h duduk sejenak di taman halaman sekolahnya sambil melihat s
n dengan kami." Seru seorang a
malas nich." Jawab T
kamu sedang patah semangat masih saja berbohong pura-p
benar saja Tsabit melihat Gllen
n kemarahannya bertanya pada Tsab
san jadi jangan halangi lagi
kau fikir kenapa mereka membatalkan perekrutanmu tad
Tsabit masih terus mempe
api sepertinya selesais ekolah ini jalanmu yg akan semakin tertinggal dibelak
eduli." Tsabit menjawab sambil melangkahka
imu di bangkukuliah dan bahkan kau tidak akan pernah diterima beke
mana caranya untuk dapat bekerja dan menghasilkan uang sehingga dia bisa m
ruang tamu juga begitu berantakan tak karuan, di ruang tengah semua sedang berkumpul dengan wajah yg dipenuhi ketakutan. beberapa adik
adi Bu?" Tsa
reka juga mengambil semua uang kita." Ibu Lilis kemudian menangis tersedu membayangkan beta
ep
buhnya. Untuk pertama kalinya Tsabit merasakan kemarahan yg luar b
edanya menuju sebuah kafetaria. Tsabit yakin jika Gl
-temannya tengah berkumpul di sebuah me
il menunjukkan tangannya ke
ti tempat duduk Gllen y
rr
au kau akan membayarnya dengan mahal!" T
tersenyum sin
k,,B
h tongkat. Tsabit kemudian terhuyung dan nyaris roboh di la
k, Pl
dari Gllen mendar
uk
uat Tsabit mengeluarkan darah segar dari hidungnya. Mata Tsabit berkunan
alam ketika Tsabit ters
Muda" Seseorang berpa
ana aku?" Tsabi
elihat ruangans erba putih yg sangat luas, dan dia
nya tak bisa bergerak sedikitpun, sleuruh sendinya terasa kaku. Tsabit mulai mengingat kejadian yg terakhir dilakukannya. Gllen, saat itu dirinya menemui Gllen di kafeta
erubah sangat jauh dari tanggal terakhir yg diingatnya. Tsabit menghela nafas panjang,
a, terlihat dua orang
embali bertanya, namun l
a langit menggelantungkan warna jingga, tak ada siapapun yg menemuinya lagi. Tsabit sendirian di kamar besar i
kan ketika pandangannya menelisik keluar jendela, semua pohon pohon yg dilihatnya itu sama sekali tak dik
ek
g membawakan setrolli
na?" Tsabit bertanya dengan sangat
menatap Tsabit dengan penuh perhatian. Tsabit yg sudah kelaparan sejak ta
ngan ini. Tsabit semakin bosan, dalam hatinya terus bertanya kenapa
ra dengannya. Dari papan anam Tsabit mengetahui semua nama perawat dan pelayannya itu, namun inte
dari kamarnya. Seluruh pintu dan jendela terkunci dengan sangat kuat. MEskipun jarum infus
nannya. Tsabit tak mengeluhs edikitpun, baginya sudah cukup terbiasa untuk didiamkan dan seolah dianggap tak ada oleh orang. Hidupnya yg besar di
alasannya Tsabit yakin jika esok atau lusa akan ada jawaban atas semua yg dialaminya
*******
n jangan lupa