Noda Penyesalan
_Peny
rt
is
un, disusul bunyi alarm dari ponse
egera aku turun dari atas ranjang kayu, dengan kasur busa yang tipis. Rumah Nenek Rod
cucu perempuan yang berumur 17 tahun. Namun, cucu--Nenek Rodiah meninggal karena sakit. Nenek Rodiah tidak punya uang untuk membawa cuc
tidak mau menyerahkan cucu satu-satunya, kepada sang ayah karena takut istri barunya kejam. Kasih sayang ibu kandung, tentu tidaklah sama dengan ibu tiri. Sej
ng bayi merah tersebut dalam dekapan sambil berjualan sayur ke pasar. Namun, sayang di usia y
ang cantik, dan menjadi kembang desa hingga banyak para pemuda memperebutkanny
ri lamunan. Nenek sudah bersiap-siap hendak melaks
gangannya dalam keranjang. Sayur tersebut dipetik dari
abku sambil mengu
s itu salat subu
k dibelakang rumah. Baru satu langkah kaki berjal
u
kuning yang disertai rasa mual. Nenek yang melihat kondisiku menguru
r. Tubuhku terhuyung ke lantai, merasa
Dia setengah berlari mencari benda tersebut. Perasaanku kian campur aduk. Antar
Aku lupa kalau tamu bulananku selalu datang tepat waktu di awal tanggal. Sementara ini sudah pertengahan bulan belu
Pasti dia tidak akan pernah mengakuinya karena dia hanya menyentuhku sekali," r
rtama kal, aku dalam keadaan masa subur. Mun
berpikir jernih. Aku benci dengan Mas Raja yang menuduh tidak suci. Bagaimana benih
engusapkan ke tengkuk leher. Kuhapus air mata yang menod
ujar nenek. Aku melihat kekhawatiran di wajah keriput nenek yang semakin berusia senja.
yang lalu aku kenal saat dalam angkutan umum. Namun, kasih sayang yang
Nek," uc
uara, sampai akhirnya ak
membersihkan diri, dan bersiap melaksanakan kewajiban lima waktu. Sehabis salat subuh sepert
kut Nenek ke pasar," ucap nenek. Tangannya masih sibuk
pa, N
mu. Biar Nenek saja yang pergi berjualan sendiri," ujar nenek. Sera
dengan berjualan sayur. Hasil sayur yang dapat tidaklah terlalu banyak, hanya lima puluh ri
ateri, namun dia setiap hari akan menyisihkan sepuluh ribu untuk ditabung. Jika aku bertanya mengapa nenek men
t berobat karena kemiskinan. Untuk itulah nenek menabung setiap hari y
u masih kuat untuk meneman
ai wajah ini. Tangan keriput itu
unggu bu Rt mengambil pesanan sayuran itu." Tunjuk nenek
n gapapa berju
mbali te
k, N
nan nenek sudah menunggu dengan sabar. Setiap ke pasar nenek selalu diantar becak untu
ya bilang harganya dua puluh ribu ya. Uang itu kamu pa
, Nek
. Wes kamu nurut aja
u untuk menemaninya ke pasar. Aku hanya bisa mengantar nenek hingga sampai
ya, Nduk!" nenek berkata
guk pelan.
ali ke dalam rumah. Aku akan bersiap-siap per
rbilang jauh. Untuk menuju kesana aku
enunduk sembari meremas jari-jemari ini. Aku merasa gugup, dan jantungku berdegup dengan
a apotek. Dia memandang ke arahku dengan penuh selidik. Tanpa be
Harganya s
engambil benda pipih tersebut, dan menyembunyikan ke
memakai tespek. Benda pipih tersebut aku celupkan sebatas maxima
e
rasa sesak yang menghimpit nafasku. Tubuh lunglai s
lam keadaan seperti ini, tetapi kondisinya sangat memprihatinkan. Man
ham
*
sam