The Lost Princess (Bahasa)
ary sudah hampir lewat. Itu tandanya, aku sudah 6 minggu
asih hidup? Itu suatu keajaiban yang patut diraya
inya di sekeliling rumah. Tapi Brigitte selalu rutin menyampaikan pesan Dadyy padaku. Dia bilang, Daddy sedang di Prancis menemani ratu melakukan kunjungan re
a. Maksudku, apa dia tidak capek bekerja seperti itu 14 jam sehari 7 hari seminggu? Ehm, aku bukannya bersimpat
dang mempromosikan potensi daerah terpencil di Belgia, dia harus rutin melakukan perjalanan ke luar negeri. Dan
bisa berbincang dengannya di sore hari, saat dia sudah selesai melakukan pekerjaannya. Berbincang dengan Brigitte membuatku terdeng
well. Aku lupa, hanya Richard orang yang terdeskripsi di sini. Well, dia... aku tidak tahu apa yang sedang di
epatnya aku, sedang menghindarinya sebisa mungkin. Bukan karena aku takut atau tidak punya nyali. Aku hanya seda
a dari tadi memukul - mukul daun meja sambil menggeram?" Sedet
oblem." Sergahku seb
untuk menyusun rencana selanjutnya daripada menghadapinya
*
sih kurang dari 15 derajat. Yang berarti bagiku masih sangat dingin. Yah, di Indonesia, suhu 20 derajat sudah masuk kategori membeku. Tapi sudah lumayan daripada hari-hari sebelumnya yang nyaris selalu ada badai salju, hari ini cuaca tena
untuk mengawasiku. Dari rumah, kami menaiki taksi sampai dermaga. And you know what? Ternyata pasar tradisional itu dimanapun sama bentuknya.
ajikan Brigitte untuk makan malam bersama Daddy dan keluarga lainnya. Bukan karena masakan Brig
a kepitin
menjerit menjawabnya, me
untuk nona ini." Pesanny
ekali! Un
anda pikir, ini sebanding sebagai perayaan untuknya
ku merajuk sambil bersungut-sungut. Hal ini sudah biasa kulakukan pada Brigitte. Aku lebih sering menunj
embelinya di
aku kembal
tu s
gat menemani Brigitte be
di pasar seharian ini bersama Brigitte. Nyaris 5 paper bag besar berser
berkomunikasi. Dia luar biasa. Dia bisa mengingat nomor Daddy, Richard, Cedric, Tante Milguetta dan bahkan Granny. Untung saja fasilitas telepon umum di sini masih belum punah seperti di Indonesia. Untuk hal itu, aku iri padanya. seandainya a
apak tanganku untuk mendapatkan secercah rasa hangat. Aku hany
i tanpa ada Richard? Tepat setelah pertanyaan itu terlintas di benakku, m
senang - senang seha
ak l
*
k dan kerajaan dari tadi. Karena lelah, dan jarak dari dermaga menuju rumah lumayan jauh, tanpa sadar aku jatuh tertidur, melewatk
n pencahayaan sekitar. Di kamar rupanya. Dan digendong Richard. Hmh, bukan hal baru, jadi mar
harus berada satu ruangan bersamanya seper
keras untuk menghinda
alak kaget
n dahi bingung sambil beranjak duduk. "Anda nyaris tidak berbi
rus kubahas denganmu ataupun sebaliknya?" dia diam. Masih memandangku dalam dia
gung berubah menjadi tegang sebelum akhirny
dan tidak memperlakukanku secara manusiawi? Dan sekarang siapa yan
sih membuatku m