Kuakhiri Dendam Ini
g besok. Mau jem
. Jam berap
asa, mengingat Mas Barry baru saja menghabiskan seminggu bersamangat lelah da
Kini aku tergantung padanya. Termasuk untuk pengobatan ibuku yang menderita pen
ai hidupku da
ang kerja, Nisa
harus membantu pe
aku juga. Penghasilan mas sudah lebih
n sukarela mengikuti keinginannya agar mengundurka
as. Kalau Nisa tidak bekerja
i semua kebutuhan kita dan keluarga kamu. Kita at
ditanggung Barry, tanpa pernah aku mendesaknya. Begitupun
ia, sanga
tidak ada kebahagiaan yang
ya bertahan enam bul
uar uang buat biaya pengobatan orangtuanya, buat kuliah adeknya, yang penting gue leluasa jalan sama si Ama
Barr
sambungan telepon dengan seseorang yang kuduga adalah teman
nginap di luar dengan alasan kerja, ke luar kota bahkan ke luar negeri. Bebas." Lagi-lagi
keuangan dan mengikatku diam di rumah. Mas Barry, kenapa engkau bisa berubah s
Barry saat itu juga. Tapi, kesehatan ayah ibu tergantung dirinya. Andre mungkin bisa cuti kuliah, tap
. Herannya, uang gaji selalu utuh diserahkann
ta
ta-rata tiga hari, kadang seminggu. Aku menahan diri, dengan berpura-pura tidak mengetahui
gi mas naik jabatan, kamu doakan saja semua lancar. Jag
ingkuhannya, ia akan memanjakan aku dan anak-anak. Aku mul
SMA-ku. Aku mengetahuinya tak sengaja, saat reuni SMA. Kepadanya aku berpesan agar tidak usah
ngintai gerak-g
im Barry. Sudah ku-cek. Dia i
. Rupanya menurut Adam, Barry selalu menggunakan kondisi k
*
bentar ya, saya mau je
tangan Mbak Mirna, Assisten rumah tangga yang sudah bekerja dua t
di parkiran bandara. Kupergunakan waktu menghubungi beberapa teman lama
kerja kembali secepat mungkin, seb
kerja, atau sejak aku resign? Entah. Sudah tidak penting lagi. Sekarang yang terp
run, lagi tu
Nisa sudah
dorong koper besarnya, hendak menyeberang menuju k
rgian hanya seminggu, pikirku? Masih ada dua koper yang lebih kecil di rumah, tapi Mas Barry ngotot membawa koper itu. Dan mem
i berhadapan. Kupasang wajah manis walau hatiku muak.
u membantunya mengangka
li, Mas. Ba
ikit oleh-oleh buat kamu dan anak-anak. Heran ju
nyitkan kening. Kali ini ak
n sama teman, trus pas dorong koper ke sini, kopernya jadi berat. Ahh
ya. Bisa kucium aroma wanita lain pada kemeja yang dikenakannya. Ter
sabar. Bila ingin memenangkan pertem
embuskan n
pa, S
an namun di bibirnya terselip senyum kepuasan. Aku semakin mu
enurunkan tas dan koper, lalu
a yang luar biasa, kami
Mataku membu
terbalut plastik wrapping, terpampang di depan mata. Bisa kulihat jelas, kepala seorang wanita
gar anak-anak dan Mba Mirna t
sap wajah dan menarik rambutku gtelapak tangan Mas Barry tertangkup dan menutup mulutnya. Dia bersimpuh di pingg
inar ketakutan dan kesedihan muncul bersamaan di wajahnya, ia berusa