icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Cinta Berkalung Noda

Bab 8 Air Mata Cinta

Jumlah Kata:1367    |    Dirilis Pada: 27/01/2022

ng membuat mataku perih. Ya, aku menangis setelah menetapkan satu keputusan. Keputusan itu membuktikan bahwa ak

ya, pasti sudah menikahi Kusuma sejak lama. Namun, kenyataannya aku hanyalah pemuda yang miskin

ma melupakan cinta kami. Padahal, aku sendiri pun belum tentu mampu. Akankah seiring berjalannya waktu aku bisa melupakan Kusuma? Gadis yang s

tidak punya nyali untuk memperjuangkan Kusuma. Tidak bisa aku bayangkan apa yang akan dia rasakan. Bahkan, aku sudah memblokir nomor kontaknya. Besok, aku akan membuang nomor lamaku, lalu men

aku, Dik K

*

ng ke seberang pulau sana. Apakah Kusuma baik-baik saja? Aku yakin pagi ini dia sudah membaca pesan itu. Pesan yang akan memb

ini seperti ruang hampa yang gelap gulita. Ya, karena pelitanya telah aku singkirkan. Kusuma-lah yang selama i

lu. Aku menjadi tidak enak, berusaha menutupi apa yang sedang aku rasakan. Aku

tanya Pak Ha

mdulillah

m Andin mau mengajak

a,

kalian cocok. Sela

l hatiku masih galau dan merana. Apakah ini bertanda hidupku sudah tergadai? Jika tidak ada utang budi, tentu sangat mudah aku menolak perm

awa mati .... Itu tandanya aku akan menjalin hubungan bar

*

segera bangkit melangkah menuju pintu. Sudah dapat aku tebak sia

usaha tersenyum, walaupun rasa sakit

wakan belanjaanku.” And

dia belanja, sehingga sudah larut seperti ini baru pulang. Kuangkat semua barang belanjaannya, semuanya

t?” Pertanyaanku membuat tatapa

atapku tajam, kemudian terlihat dia sedang me

iku?” Aku melangkah mendekati Andin, menaiki ranjang dan duduk

g. Lagian kalau aku nunggu kamu entah kapa

Dek? Kalau kamu ngakak ak

tubuhnya, lalu menaruh ponselnya di bawah bantal. Seakan-akan, ada sesuat

adinya aku nunggu kamu,

g salah dengan sikapku padanya. Jangan

Aku berharap Andin merespon pertanyaanku,

jangan ganggu aku lagi, aku ngantuk loh ini.” Andi

r, mudah-mudahan warteg dekat

amar rapat-rapat. Rencanaku mengajak Andin makan di luar sudah gagal. Perut yang keronconga

menikmati udara kota Bekasi di malam hari. Jam segini, sudah mulai sepi tidak seperti di kota Jakarta. Aku melangkah pela

anya, apa yang dia lakukan di jam-jam seperti saat ini. Ah, untuk apa aku pikirkan itu? Lebih baik aku m

t lagi langkah ini. Akan tetapi, pada saat sudah dekat jantungku langsung berdebar. Aku melihat Kusuma sedang duduk di ban

nasi, ikan goren

ibungkus atau

Bu. Soalnya s

Mas. Silakan

Aku berlagak seakan tidak melihatnya, padahal jantungku tidak karuan sejak ta

an bahasa terkesan formal. Padahal waktu di r

ya, Bu

k. Pulangnya bareng saja, ya. Ya, se

h.” Aku tersenyum cang

siap.” Ibu penjaga wart

tanyaku sambil men

elas ri

memberikan uang pas. Kusuma pun ikut keluar, t

a. Dia berjalan santai di sampingku, seakan-akan tidak ada masal

k, Bang?” tanya Kusuma m

pa-apa kok. Dia lag

buat langkahku terhenti. Lagi, dia mengulang pertanyaan ya

erti itu?” Di bawah cahaya rembulan ak

,” ajak Kusuma langsung menarik tanganku. Seperti

idak boleh mengikuti nafsu ini. Semua ini tidaklah benar. Segera aku tar

k. Aku ti

dari genggamannya. Kemudian dia menghela napas da

Aku segera melangkah

nar-benar melu

. Dari sini aku dapat melihat tatapannya yang dulu, yakni tatapan yang mengandung cinta. Apakah Kusuma

--

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka