icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Cinta Berkalung Noda

Bab 2 Dosa Terindah

Jumlah Kata:1865    |    Dirilis Pada: 27/01/2022

*

pi Kusuma. Ingin rasanya aku menyentuh pipi itu, tetapi aku urungkan niat. Aku menj

embelakangi Kusuma, sehingga a

mbali membuatku ingin menatapny

tangannya mengepal kuat. Mungkinkah dia ingin menyerang 'ku? Entahlah. M

i aku memerintahkan Kus

antik dan menawan. Apalah aku jika dibandingkan dengannya. Aku hanyalah sepah yang suda

gan kedua kepalan tangannya yang lemah. Aku yakin, se

terlalu pengecut, sehingga hanya

ah sama saja, Bang? Kamu ma

maksu

pan barumu. Biarkan aku sepert

ra dia buka pintu, sementara di luar hujan masi

gu, D

di ambang pintu. Aku segera berlari ke bel

bat, nanti kamu sakit dan m

an takakan membuat aku menggigil lagi, bahkan hatiku sudah bersalju. Mungkin, beberapa tahun lagi akan

i di kursi yang ada di teras. Menatap ribuan hujan yang menggenangi halaman. Pot-pot kesayangan Andin terisi penuh

asrinya perkarangan itu. Rumah kami hanya dibatasi pagar yang terbuat dari beton. Namun, tingginya tidak mencapai satu meter. Aku juga tidak

iliki indra perasa, mungkin bunga itu sudah menggigil kedinginan. Semua itu mengingatkan a

*

shb

terlihat anteng berada di belakangku. Sesekali tawanya terdengar merdu. Gadis yang terlihat pendiam di sekolah, ternyata begitu menyenangkan. Kusuma rela menjemput aku ke kos

ampai sebelum gelap. Namun, di tengah perjal

a bertedu

Kus gitu. Aku nggak suka.

Kita bertedu

nikmati hujan seperti ini. Selama ini

njuk warung yang ada di pinggir jalan. Sementara pakaian yang

. Kalau Ab

pinggir warung. Kulihat Kusuma sudah basah kuyup, bah

ini awet." Aku melangkah ke emperan warung. Lumayan nyaman,

dara yang bertiup membuat dingin semakin terasa. Bahkan gigi ini beradu satu dengan y

cemas, takut terjadi apa-apa pada Kusuma. Pert

ai menguap beberapa kali. Tas ransel yang sudah kuyup aku letakkan di emperan. Lalu, aku rebahkan tubuh,

i. Aku terkejut ketika melihat Kusuma sudah berada di dekatku. Dia duduk m

, aku

ku kembali panik, sementa

aliran darahku mulai

?" Aku mencoba meminta persetujuan Kusuma, karena selama kami pa

h tangannya, dia diam saja, segera aku usap-asap telapak tangannya dengan gerakan ce

dari tas, untunglah ponselku masih menyala. Menghidupkan senternya, alangk

baik-baik s

ngka? Sehingga tidak bisa sedikit pun kehujanan? Tanpa berpikir lebih panjang lagi, aku tarik tubuh Kusu

da ini. Masih mencoba untuk menahan gejolak rasa yang tidak wajar ini. Namun, entah setan dari mana m

lapan, aku mencoba untuk melepaskan dekapanku. Membiarkan tubuh Kusuma terlentang di depanku. Aku mendekatkan wajah ini ke wajah Kusuma, dengan bantuan jari tangan ini, aku meraba bibir Kusuma dalam kegelapan.

wajahku, dia segera duduk, s

malu. Akankah Kusuma memarahiku? Jikapu

kamu lakuk

ku, Dik. K

t ayah ma

an aku

mm

lekukan pinggul Kusuma. Aku menelan ludah, keinginan seperti tadi kembali menyergap pikiran dan hati. Sensasi ciuman tadi dapat aku rasakan lagi. Tidak bisa lagi a

kuat kulit leher nan lembut itu. Tanganku semakin takbisa dikendalikan lagi. Satu persatu kancing baju Kusuma aku lepaskan. Suasana yang mendukung membuatku lupa diri, mungkin begitu juga dengan

perti yang sering aku dengar dari teman-teman sekelasku. Jika seb

*

at?" tanya Ibu kost yan

menunggu t

atau

eman,

intu kamarmu jang

ik,

ngan kami. Setelah mengunci pintu aku melangkah ke luar kost-an, menuju jalan raya. Terpaksa aku berangkat naik angkot lagi. Namun,

r kamu nggak b

h Kusuma terlihat memerah. Lalu, tangann

ik," ucapku mengambil kunci d

ak memandangku sebagai laki-laki berengsek, begitu juga sebaliknya. Aku mengendarai motor den

g ..

ya

u wanita y

terjadi juga, Kusuma menanyaka

i yang buruk?" Gleg,

alu merasa bersalah. Namun, aku juga tidak memungkiri se

sudn

rmudah-mudahan pacaran. Maka sesunggu

u terima ungkapa

aku memang sudah l

wan orang. Namun, semua nasehat nenek aku abaikan saja, semua gara-gara tawaran menggiurkan dari Syahyono. Walaupu

aku, setelah yang kemarin malam. Aku berharap hubun

ahimu ketika aku sudah mampu. Soal

ang. Harusnya aku menc

an aku

*

gatan silam. Aku langsung berlari menuju kamar,

Aku mau nanya, Bidan

n Andin. Apakah Kusuma mengadukan

ayang. Ada a

Bang? Memangnya Bidan Kus

tidak mau terjebak oleh pertanyaan Andin. Bisa-bi

ang menanyaimu,"

idan Kusuma." Di ujung sana Andin tertawa, sementara aku d

a kamu ingat

i. Meminta maaf atas kelupaan ini, beliau sudah

ya, Sayang. Aku

in langsung memu

Kusuma tidak mengadukan apa yang sempat t

--

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka