icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Cinta Berkalung Noda

Bab 6 Empat Mata

Jumlah Kata:1640    |    Dirilis Pada: 27/01/2022

*

ap-siap menunggu di depan teras. Usai sarapan dia bergegas memaksaku mandi,

ia bolak balik masuk rumah dan kembali ke teras. Aku masih berkilah belum sele

atan. Sebenarnya aku bukan termasuk yang takut istri, hanya tidak ingin membuat And

." Aku segera ber

sih?" sungu

, kandungan kamu sudah m

ngnya kena

saja? Biar bisa USG," bujukku, padahal a

ek ya ditemani. Di Bidan Kusuma

caranya agar bisa mengelak. Tak bisa aku bayangkan apa

mah Andin. Dari kejauhan dapat aku lihat beberapa ibu hamil lainnya. Haruskah aku ke sana? Dengan tangan gemeta

bat semua keputusanku impian itu menguap dalam sekejab. Bahkan sekarang aku merasak

masuk. Segera aku menjatuhkan diri di kursi tunggu, sementara Andin sudah masuk

97878

anti masih berani nggak ya sekamar denganku? H

ani pasien, dia masih sempat juga berpikiran seperti itu. Aku

muncul di pintu, membuatku kaget. Se

harus,

nanya, memangnya kamu tid

angkan diri, mencoba untuk bernapas lega dulu. Aku tidak bisa prediksi ha

97878

masuk, nanti

lku. Tentu saja aku langsung membacany

97878

. Tidak tahu segalanya. M

a. Apakah dia tidak bisa membuatku hidup tenang? Apa salahnya dia melupakan semu

e

tidak bisa melupakan s

nya, berharap dengan begitu dia berhenti

97878

tamu kembali teriak-teriak. Nanti bis

kkan ponsel dan melangkah menuju pintu. Agak gentar juga aku menginjak keramik pertama setelah pintu, pandangan mata ini menatap liar ke segala penjuru ruangan. Ternyata,

i bantu?" tanya wanita m

Andin. Kira-kira

e ruangan Bidan Kusuma, Pak." Wanita itu l

ali ke depan. Sepertinya Andin-lah pasien terakhir Bidan Kusuma, padah

u menggeser pintu itu, tatapan ini langsung beradu dengan tatapan wanita, yang duduk di pojok ruangan. Ia duduk de

ang sedang duduk, dialah wanita yan

berdebar-debar, Kusuma tampak bersikap san

-nya ya, Bu. Tolong, Bapak mendekatlah ke sini." Kusuma

mari tangannya yang ramping itu begitu lihai melakukan semuanya. Dala

, bahkan aku tak percaya dengan sikapnya yang demikian

. Sambil menekan-nekan tombol di keyboard khusus itu, Kusuma menjelaskan beberapa hal. Aku tidak terlalu menyimak karena asik

cowok, Bu?"

ekan tombol di keyboard khusus itu lagi.

alu, Bu." Kusuma menjelaska

n. Pertanyaanku membuat Kusuma menoleh, lalu menatap mat

perkembangan janinnya normal dan

a menyudahi kegiatannya. Jemari lentiknya membersikan cairan bening yang menempel di perut A

menuju tempat duduknya, yang ada di pojok ruangan. Aku membantu Andin turun,

din, Kusuma langsung memberikan vit

nya dua minggu lagi ya,"

p Andin ngeloyor keluar ruangan. Pintu yang kembali ditutup Andin membuatku gugup. A

rapa, Bu?" tany

itu, Bang Ikhsan?" Kusuma tersenyum.

lagi. Berapa biaya yang harus saya

n curiga kok. Hmm, kadang aku iri padanya. And

t masalah baru. Saya harus

an pergi. Biayan

u," ucapku me

seluruh hidupku sudah aku berikan padamu. Apalah a

sikap tidak warasnya lagi. Segera aku berdiri hendak meninggalkan

u akan jadi seorang ayah. Tetapi, aku

Matanya menatapku tanpa kedip, aku langsung menghindari tatapan. Meskipun aku pena

tup kemeja itu. Pasti sangat berotot dan keras." Kusuma tersenyum menggoda, kata-katanya menunjukkan bahwa akaln

nita muda tadi berdiri. Ya, wanita itu masih ad

au membayar biaya

langsung membuka buku panjang

mbali tersenyum, aku langsung mengeluar

a kasi

-sama

sekaligus tempat prakteknya itu. Sangat besar harapanku agar Andin tidak mengajakku lagi ke s

*

t sudah mulai gelap, menunjukkan malam mulai menyapa. Pikiran ini masih tertuju p

" tanya karyawan ke

lalu kembali menatap j

tidak mungkin menceritakan masalah rumah tanggaku padanya. R

a jadi berubah drastis, sangat jarang bermanja padaku, bahkan ketika aku 'ingin' dia selalu menolak. Ditambah lagi dia juga sudah tidak menunjukkan sikap hormat padaku. Apa salahku? Selama menjadi suaminya aku sela

--

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka