The School Devil
begitu gaduh. Tidak ada satu orang siswa pun yang menggubrisnya. Namun, dari Maya
ak
karena kaget, para siswa itu terdiam untuk beberapa saat. Namun, setelah berhasil mencerna apa yang terjadi, mereka meloloskan
gebrak meja. Namun kali ini t
a. Anak bengal itu menyeringai ke arahnya. Sementara Christian, melemparkan senyum jahil padanya sambil menggerak-gerakkan telapak t
gi wajah kamu!" bentak Mayang dengan suara tertahan seraya menarik kerah seragam Ch
ya benar, saya akan lawan kamu." Mata perempuan itu menyala. "Dan kamu juga!"
e mejanya. "Seperti yang saya bilang tadi, silahkan yang tidak suka keluar dari kelas saya.
i terpengaruh dengan ancaman Mayang. "Ya, ya ... silahk
jelas, hari ini ia memang berniat untuk memberi tamparan pertama pada murid-muridnya. Tidak apa-apa ia b
a takjub, namun juga semakin penasaran untuk melakukan sesuatu yang lebih gila lagi dan memancing emosi perempuan man
*
angkan diri di perpustakaan. Selain karena selera makannya hilang, ia ingin mengalihkan piki
engunjung. Hanya ada satu dua siswa yang mau meluan
milih satu buku novel dari George Orwell berjudul "1984"
menarik kursi dan duduk di seberang mejanya. Pelan Mayang mengangkat kepala dan mendapati ser
enutup bukunya. Ia bersiap-siap untuk menghada
larangan mai
jar dan membaca buku
h. "Dih, gal
ak ini. Ia pun kembali membuka bukunya. Namun, dengan cepa
ikan bu
noleh ke arah mereka. Namun, keduanya tidak berani untuk menegur setelah ditatap sedemikian rupa oleh Raka, mengisy
dukan saja saya. Saya nggak takut se
siapa g
Anak manja yang kurang
han geram. "Gampang buat
g kalau gitu." Mayang me
lo dipecat. Lo musti teri
nganca
ggak ngancem. Gue ngas
an ada pengaruh apa-
a dengan jemarinya. "Asl
dan menatap wajah Raka dari
guru-guru laen di
uatu nggak bener terjadi di depan mata. Apa lagi ulah murid-m
sih sok-sokan jadi pahlawan kesiangan, lo tanggung sendiri akibatny
lah. Seperti garis hidupnya yang tidak pernah kalah. Selalu dituruti apa pun kemauannya. Mayang mendu
atkan. Pemuda itu beranjak dari duduknya. Ia membanting buku ke atas m
untuk membaca buku. Akhirnya, ia hanya bisa menyandarkan punggung ke
ss
u. Seorang pemuda berkaca mata dengan penam
ggingkan senyum pad
ahasa Perancis di k
, be
ya dari kelas sebelas, Miss." Pemuda
t uluran tangan bocah lelaki yang mengaku
u ngomong kalau Miss Mayang heb
pernah jadi bahan bully
gis. "Iya, p
emang keterlaluan sekali. Pastilah banyak sekali murid
loh, Miss, saya lihat ada gu
uma manusia biasa, Tara.
punya sekol
au memang harus. Tapi, saya
*