The School Devil
han di atas lantai. Meskipun kamarnya tidak terlalu luas, namun Mayang menatanya cukup rapi dan nyaman. Mau bagaimana lagi, kamar ini satu-satunya tempat untuk Mayang melepas pen
di sebuah aplikasi food delivery untuk memilih makanan sebagai santap malamnya. Setelah menemukan men
asa was-was. Raka si anak bengal itu mengancamnya. Pahit-pahitnya, meskipun ia tidak dipecat, ia berpikir mungkin anak itu akan membullynya. Persis seperti y
ti si kurir yang mengantarkan pesanan makanannya. Perempuan
erbengong melihat sosok ya
" Si pemuda berwajah manis mengang
adalah menejer ritel sebuah swalayan tempatnya dulu pernah bekerja. Pemuda itu menyukai Mayang, namun hingga saat ini, pere
plastik pada Mayang. Lalu pemuda itu mengambil tempat duduk di depan kamar. A
bayar," u
h Altaf. "Sini, a
aku makan." Bibir Mayang manyun. Ia tidak enak hati
Altaf disambut dengan sungutan Mayang
ang sembari membuka wadah styrofo
i selesai
bik. "Tumben pulan
aan juga. Yang penting
gan bibirnya. Perempuan itu melahap potongan-potong
ambil merogoh saku celana dan mengeluarkan sebungku
ng lirih. "Cuma, ya, itu
sia remaja. Sabar, ya, B
anget, sih. Aku ambil minum dulu. Kamu mau kopi?" Mayang mengibas-ngib
l matanya mengikuti gerakan
sambil membawa satu gelas air putih dan sec
nya dan wajahnya seketika berbinar. Kopi buatan sang puja
Kenapa
on, m
il
kita nggak malem mingguan b
sibuk,
anyak nolaknya,
iskan suapan terakhirnya. "Males kejeb
eraya menarik ujung rambut Mayang pel
Perempuan itu sejujurnya tidak mau memberi harapan lebih pada pemuda yang sudah pernah mengu
ggak, nih?" tawa
a selalu menolak ajakan Altaf. Pemuda itu tersenyum
ehnya sambil beranjak dari duduknya. Mayang mencebikkan bibirnya. Ia menganta
*
aru saja membuka pintu dan memapah Raka yang berjalan sempoyongan. Namanya Mbok Kardinah. Sudah
bok," gerutu Raka sambi
alau Nyonya tau p
ya sedang berada di Los Angeles untuk beberapa minggu. Meskipun begitu, setiap kali Raka berbuat kenakalan, mereka akan berpura-pura pedu
as kasurnya yang empuk memijit kening. Pesta pora di bar beberapa saat lalu untuk mera
keluar dari kamar luas dan mewah berdesain dark gloomy itu l
k, please." Raka m
k akibatnya, masih saja dilakuin." Mbok Kardinah menggerutu. Namu
tu tulus menyayanginya. Sepertinya ia lebih nyaman berada di dekat Mbok Kardinah dari pada o
ng sama Den Raka, ngert
Belum puas rasanya kalau belum membuat perhitungan dengannya. Ia masih shock karena ada guru yang berani melawannya. Bahkan kepala sekolah pun tidak punya nyali untuk mengusiknya. Lalu apa keistimewaan guru ba
membuat Eleanor School untuk guru baru itu sepe
*