PRIA BERKEKUATAN MONSTER DI DALAM DINDING YANG TIDAK AKAN MUDAH DI HANCURKAN
embekukan semua yang disentuhnya. Hingga orang-orang di kota tersebut tunggang-langgang tampak ketakutan. Dia mengamuk
terus menerus bergema di kepalany
orang yang sedang berlarian se
in bersahutan. Kini dia mencoba menutup telinga, t
di sunyi. Lelaki berambut hitam itu melepaskan tangan dari telinga,
ang Tidur
gera terduduk di sisi tempat tidur saat dia menatap gadis di dep
geser kursi, duduk tepat di hadapan. "Syukurlah kamu tidak mati, kamu
kanya, raut mukanya tampak terguncang. Kini dia semakin tegang hingga tak berger
ihatnya." Gad
ang mulai terasa sakit. "Aaaaahhhhhh!" Sekarang dia berteriak kencang, sambil memegang erat kepala. Sekelebat dalam p
meja di samping, kemudian meraih kapsul plastik. Sesegera
lat obat tersebut tanpa air. Kini kepalanya m
hitam dengan gaya diikat satu ke belakang serta berwajah can
epannya sambil mengernyitkan dahi seakan berta
g bertanggung jawab mengobatimu. Panggil saja Maki." Tangannya terulur
h tangan gadis cantik di hadapannya itu. "Aku Shin. Kamu bisa memanggilku Shin. Terima kasih
dari tempat duduk karena tak mau tampak le
ain. Itu bunyi bangunan roboh berserakan seperti telah diledakkan oleh bom. Suara keras ters
gi membuka pintu dengan kencang. Sesaat k
ki tampak cemas. Kasumi segera
empat melayangkan pertanyaan, tapi Maki dan Ka
aksud menyusul. Namun, setelah keluar rua
tai bawah, tapi sudah tidak ada siapa-siapa di sana hanya tersisa botol bekas min
rdengar jauh dari tempatnya sekarang. Dengan cepat dia bergegas m
" ucapnya sambil menatap asap-asap hitam mengepul terhalang bangunan-bangunan ber
mbludak. Kepulan itu kini cukup jauh dari tempatnya berdiri.
nyak pohon yang daun-daunnya memunculkan asap hitam. Sekarang benaknya bertanya-tanya
kitar. Terlihat gapura serta pintu gerbang yang menempel pada benteng tinggi besar telah hancur berkeping-keping, seper
dari kepalan tangannya. Sekarang pikirannya tahu semua ledakan itu perbu
empat evakuasi!" Terdengar jelas seb
tangannya masih mengepal sangat kesal. S
ukannya. Ketika akan melangkah, Shin tiba-tiba berhenti karena mendeng
nggil sambil melambaikan tangan, kemudian ber
nghampiri Shin, tapi dia langsung berhenti di sa
dis itu sedang menggenggam tangan sembari mendo
luarkan kata-kata sedikit pun. Maki segera
ngatakan apa-apa. Selama ini dia tak pernah berhadapan dengan situasi seperti itu, apa
evakuasi. Pasti banyak warg
wajahnya. Dengan segera dia berbalik dengan wajah dat
enak yang campur aduk. "Pasti per
melesat meninggalkan
samb