Jodoh Dari Ayah

rwujud dengan gampang, ketika takdir sud

ganti rupanya. Tapi kenapa selera

ngar suara yang sepertinya menyapa ke arah meja kami

hw, Mac ...

dengan wanita lain dia ju

a tadi?! Selera di

kek gitu. Pakai dres mini, mungkin pinjam ke adikn

kemeja panjang, tak lupa memakai kerudung. Seper

mdulillah tak ada cipika-cipiki seperti d

kikuk. Mungkin sadar jika

leh manusia jadi-jadian yang sedang menata ramb

baju kekecilan itu, bisa dipastikan

n tunangan aku. Eh? Mantan dar

enta. “Dia mantan aku, hehe” Gemes nggak sih, b

napa aku harus merespon dengan seperti ini? Bukannya aku bel

Jomblo karatan ini sudah d

ma seseorang nggak dipidana kan? Kenapa bang Gent

a kami! karena sebentar lag

duk kok di meja, seperti ta

baikin. Yang ada nanti ngelunjak. Kalau dia

rtinya tak paham deng

ia dia, lah, mungkin memang berasal dar

icara seperti itu. Hanya saja, seperti yan

k main-main. Keluarga sudah kompak, tinggal kita yang bag

odohan ini” Eh, aku mikir gitu bukan karena

a cantikkan aku. jauh banget!” Semprul, bicara sama mantan d

gak salah bicara gitu?! Aku sama d

ukan pacarku” Wh

acarmu, enggak level ju

bukan pacar aku Keyra, tapi dia calon istriku!”

Masak calon istrimu seperti

aku lakukan saat ini. Jika tadi saja di

sudah diakui calon

mpu menerima takdir yang menu

Ma kamu

a, ... Aku menyesal telah menjadi mantanmu” Ada nada

aku klepek-klepek. Tapi apakah omongan play b

berapa kali si mantan itu menyudu

harapkan. Meski hari kecil ini mengakui, bahwa Mun dia lebih cantik d

khirnya makanan yang s

ng hendak menyuap ayam Kentucky, dilihat dari raut m

enar melahap ayam yang sudah di atas Awang. Sebab s

elam. Jika tahu akan seperti itu, mu

selalu di sesali, enta

enghakimi masa lalu seseor

yang keluar. Padahal aku sudah merang

seramah itu ya,

nggak sih para pria?! Kalau wanita sudah ber

Eh, aku kayak pacaran lagi cemburu nggak si

ngedipin mata yang sipit itu, teru

aki-laki ini. Aku sama dia bukan siapa-

adalah ibadah, aku hanya se

tan. Senyum sama yang lain kan bisa, kalau kepe

u ... Aku lagi nggak cemburu kan?!” Aku terus bermonolog da

rasaan jengkel namun ketika me

bal itu semakin seksi. Sepeda ada yang ia ucapkan, namun keta

l!

ini. Dan untuk pertama kalinya, untuk pertama kalinya aku terpes

an aku. Bahwa dia memiliki mata yang sangat inda

ang calon s

i-lagi aku tersadar dari lamunan. Mata yang sempat dan masih aku ka

apa B

nggak ya, kalau dari tadi ak