TAKDIR ISTRI BAYARAN
an sejak satu jam lalu saat ia memberi tau Runa ia akan segera beristirahat. Perlahan Kelvin beranjak, mengenakan sandal rumah lalu berjalan per
an turun meniti anak tangga, ia hapal dengan anak tangga itu, walau kal
tajam terasa. Kelvin menabrak kursi meja makan, ia m
enghampiri Kelvin yang meraba-raba sekitar, wajahnya panik. "Aku di sini, Mas, di sini..."
karena terkejut dengan bentakan Kelvin yang
k di sini, aku bayar nasi gorengnya dulu, sebentar ya," perlahan, Runa mendudukkan Kelvin di kursi meja makan. Sementara ia berlari kenca
aya denger Mas kayak ke sakitan?" Runa menyalakan lampu dan bersimpuh di
bicara Kelvin suda
m izin libur dulu." Runa menyeret pelan kursi meja makan, ia mengambi
lvin memegang
nya enak, aku laper, belum maka
tanya Kelvin dengan pa
h sapi cabe hijau, terus cah brokoli, sama udang j
, lagi-lagi nada bicara meninggi. Runa
ini, aku makan dulu ya, Mas..., ini, Mas Kelvin makan buah kiwi ya, aku udah siapin nih, aku kupas kulitnya
h malam. Runa mengunyah makanan dengan rapi dan merasakan enaknya na
una beranjak, Kelvin men
u aja," ucap Kelv
ngkus, ia lalu menyendokan nasi goreng kemudian ia suapi ke mulut Kelvin. Pria itu mulai mengunyah, lama-lama
ehan Runa terdengar oleh Kelvin. Runa menyuapi Kelvin hingga nasi goreng it
ng, dari tadi suapi saya t
ya, Mas." Runa mengarahkan tangan Kelvin ke gelas. Ia berjalan ke dapur, mencuci piring
an apa?" Kelvin mul
tahun lalu,
lvin membuat Runa tersenyum mi
kuliah nanti. Kakaknya biar gi
n. Runa beranjak, membuang kuli
tidur. Aku nggak mau jawab per
Kelvin p
membalik ucapan Kelvin. Pria itu diam, tak membalas ucapan Runa. Keduanya berjalan bersama ke ka
itu?" Kelvin memegang ujung kaos Runa ya
ana-mana lagi," ucap Runa seraya menepuk bahu Kelvin. Wanita itu berjalan ke arah Sofa, ia merebahkan t
a kali, ya, sebentar aja. Sebelum
enyum lalu meme
*
ya Tari pulang, wajah kamu fresh, sega
h, Runa sudah menyikat kamar mandi dan tercium harum wewangian
n khusus lalu dengan pisau cukur, ia mulai menc
mberiskan sisa-sisa sabun di wajah suaminya itu. Runa mematung, wajah pria dihadapannya luar biasa tam
iri di luar, di depan pintu kamar. Ia menunduk, mengulum senyum
vin. Runa berjalan ma
i kado untuk cucunya,
yang nyetir nggak apa
a SIM?" ta
as Runa tak punya. I
pkan masker, topi dan kaca mata hitam saya juga. Saya nggak mau orang-orang lihat kamu jalan sama oran
*
merutuki dirinya yang tampil seperti gembel jika masuk ke mal itu. Kao
pa diem aja?" Kelvin menggandeng t
ih tau saya kalau nanti saya tanya banyak hal terkait
pasang mata yang menatap ke penampilan dirinya. Kelvin yang peka, ia tau
pala kamu, Run." Kelvin seper
, kita langsung pulang." Baru kali ini K
ri Tari, beli baju baru
au ke mal, tapi bukan ini. Mau ajak Ibu, Bapak dan Arbi bela
u, rumah kamu di komplek apa?" Pertanyaan bodoh.
jawab Runa. Kelvin diam, hingga terdengar celetukan orang-orang
n jijik orang-orang. "Ayo kita keluar dari sini, k
, Mas Kelvin ikut malu."
gak." Celetuk Kelvin. Runa terseny
. Mereka hanya bisa sekedar komen sesaat, jangan diambil pusing. Buktinya mereka n
g dengan hinaan lagi. Runa berdecak
bisnis, jangan mau kalah sama mereka-mereka. J
in seperti mengasuh anak kecil, tanpa bisa ia miliki seutuhnya. Perasaan itu tumbuh perlahan, Kelvin mempesona di mata Runa, bukan karena