TAKDIR ISTRI BAYARAN
ng lain. Nasib Runa begitu, ia yang bekerja sebagai cleaning service di bioskop, harus dianggap jika ia bekerja melonte karena pulang
erobak, mereka berdua seringnya mangkal di terminal. Sudah belasan tahun mereka jalani. Dulu, saat Runa dan Arbi kecil, Bapaknya bekerja sebagai petugas pengantar
an situ ya, diemin aja. Kalau perlu senyumin, dia u
diem. Enggak lah, bodoh amat. Sekali-sekali hajar,
gayung?!" Bapak tampak t
ang dia hebohin. Ck! Sabar ya, Run, mudah-mudahan nanti nasib kita bisa berubah. Bapak yakin. Arbi, kam
enyum. Ia lalu beranjak dan membantu merapikan bahan untuk gorengan seperti Ubi, Pisang, Singkong dan adonan bakwan. Sementara Runa membersihkan kaca gerobak dengan kain lap, menata plastik pembungkus juga. Kedua anaknya meman
n juga? Nggak cape?" tanya Ibu yang
mpai jam sepuluh, kata Bu Kathy lumayan uangnya, nggak jarang orang-orang kaya raya itu
uk Akpolnya." Pamit Arbi. Ia bercerita jika sekolahnya mengizinkan ia datang siang setelah pemeriksaan,
e tangan Adiknya itu. "Beli sarapan sama susu, biar nggak lemes ya. Sukses!" ucap Runa menyemang
uang simpanan, R
ng, antar-antar pesanannya." Runa menutup pintu kaca gerobak gorengan,
mudian. Bapak dan Ibu mengangguk. Mereka mendorong gerobak keluar pagar, berjalan bersama keluar gang, menuju ke jal
*
bil, Run, beneran?"
lama-lama jadi bisa, percaya Runa, Bu." Begitu percaya diri wanita 23 tahun itu yang hanya mengenyam pendid
ngantaran dan mencangkup 4 RT dengan 1 RT hanya ada 15 Rumah dengan ukuran luar biasa besar
t. Ia berhenti di pos penjagaan. "Pagi, Pak, saya dari catering Bu Kathy, m
ony, kok jadi c
antor-kantor, Pak, permisiii..." pami
h lagi, habis ini, ambil 30 lagi untuk diantar satu jam lagi. Mantap juga duitnya, cash lagi, makasih Bu Kathy..." begitu riang Runa. Ia
ah menunjukan pukul setengah sepuluh pagi. Ia turun, membawa kantong besar berisi menu catering hari itu. Sop buntut untuk
ck... ck. Permisi Pak satpam!" Teriak Runa. Tak butuh waktu lam
ntar sampai dalam, di letakkan di atas meja makan dan menatanya. Runa mengangguk, ia mengikuti langkah kaki satpam. Begitu besar rumah itu, ia masuk melalui pintu da
siap berangkat kerja. Setelan formalnya tampak mewah juga. Runa
cipin satu satu, jadi kamu atur sebelah kanan makanan kuah, yang kiri sisanya. Mangkuk juga tolong siapin, minta sama Bi Jum.
ini nggak lancang? Saya, s
saya buru-buru. Ini uang tipsnya, tolong
mengangguk. "Saya pamit ya, buru-buru. Maka
onya?" Runa menatap Nyo
ggalin nomor HP kamu, ya!" Nyonya rumah itu berjalan ke te
a Runa tercengang saat mel
ar untuk Bapak ya," uang itu di arahkan ke
u. Ayo Mbak, saya antar ke dapur, ketemu Bi
atpam itu. Beberapa kali ia melihat keanehan