Terjerat Cinta Duda Bucin
as lihat dari t
u pesan apa?" tanyaku meng
biasanya, kan?" tanyanya sekaligus
ilakukan saat kami di dalam mobil, ketika turun dari mobil dengan cepat Mas Ryan kembal
ang makan tidak boleh ada yang bersuara. Kulihat Mas Ryan sepertinya meman
au namb
s sudah cuk
kan punya Nisya
pesan yang la
e mulutku. Itupun dengan susah payah aku menelannya, bukan tidak la
is
rtinya aku cukup ha
barusan, di sana tepat di belakang Mas Ryan berdiri s
lantas memeluk erat untuk menyalurkan
karang nggak pernah datan
orang rumah giman
jawanya sambil tersenyum har
i Mas Ryan s
pat mungkin dihalaunya dengan menyapa Mas Ryan. Mereka
ang kirim undanga
nya papa memang mewanti-wanti untuk tidak menghadirkan masa laluku. Aku pu
ang sudah akan pulang, tetapi urung dil
ara dia memperlakukanmu tadi, tidak diragukan lagi jika dia orang yang tepat untu
ganku, sementara Mas Ryan mena
karena sudah tidak bernafsu lagi juga perasaanku yang mendadak kacau sete
edari tadi melihatku hanya diam dan tidak menyen
pun mengajakku untuk pulang s
a sama sekali. Kami seolah-olah tengah sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai
anyanya ketika kami sama
aannya, "Mas lihat sejak bertemu ora
nku, mungkin dia kesal karena ucapannya aku abaikan, "Mas!" panggilku ref
enyusulnya dan memeluk Mas Ryan dari belakang. Air mata yang sedari tadi aku tahan akhirnya
angislah, keluarkan semuanya, setelah ini mas nggak mau lihat air matamu ada di sini
tapnya. Selanjutnya Mas Ryan mendekap erat tubuhku dalam pelukan
u sudah sedikit tenang Mas Ryan melonggarkan pelukannya, "Suda
i membuka masa laluku kepada Mas Ryan, sesuai
telahnya kami duduk di tepi tempat t
mama mert
"Orang yang tadi kita temui di tempat makan, apa Mas tau ka
eperti yang Mas tahu, kalau kami tidak berjodoh pada akhi
u, kembali bulir-bulir beni
a mint
al, kalau Nisya sebenarnya masih
isa menangis sepuasnya untuk terakhir kalinya, karena m
Mas ngg
u mas juga punya masa lalu. Tapi sekarang kita ada di masa depan dan mas nggak ma
bisa sebijak dan sebaik ini. Tangisku yang semula reda k
. Ajari Nisya untuk bisa m
ak maksa kamu harus mencintai mas, cukup kamu ma
at, bahkan bisa kurasakan hembusan napasnya yang menenangkan. Aku refleks memejamkan mata setelah kurasakan bibir lembapnya membelai lembut bibirku,
lahnya Mas Ryan langsung kembali menyerangku dengan ciuman yang kali ini tidak setenang tadi d
g pertama kami dengan perasaan yang
i tak ingat kalau sebelumnya sudah merasa bersalah terhadap Mas Ryan, nam
kondisi yang sama-sama tidak memakai apapun di tubuh, ha
ingin bersamamu." Pintanya ketika aku
pannya, dan berakhir kita yang sama-sama tertidur dalam