Terjerat Cinta Duda Bucin
ian akan cocok nantinya. Lagian papa juga nggak mungkin a
u menolak dengan tegas keinginan papa, bagaimana bisa aku menikah dengan seorang yang sama
nya itu. Namun ternyata tak seburuk bayanganku, aku mengira akan sulit menjalani pernikahan ini. Terlebih aku juga harus terpaksa menjadi ibu saat itu juga, aku tentu saja takut jika nantinya tidak
anya, karena beberapa hari terakhir aku selalu datang mepet wak
reka terutama dalam hal makanan, sebisa mungkin aku membiasakan untuk sarapan ber
ebagai seorang guru di sekolah menengah atas, kami para pengajar dituntut untuk datang lebih awal
sesungguhnya cita-citaku sudah sepenuhnya aku realisasikan. Ini semua aku lakukan bukan murni dari hatiku, melainkan
ahal statusku sudah menjadi seorang istri. Aku sendiri tidak tau, ing
n itu malah semakin kuat aku rasakan dan
rnah mau tau tentang masa laluku. Tapi bukankah ini sudah adil? Sebab dirinya pun punya masa lalu yang sampai saat ini mungki
ku berangkat kerja dulu, y
nti mas antar cuma nun
t sendiri aja mumpung masih jam segini
, kamu juga past
ku sarapan di kantin saja,
amun Mas Ryan malah menarikku untuk duduk di sampingnya dan sela
enyuapiku bergantian dengan dirinya sendiri. Dia melarang saat aku h
a barang-barang lainya jangan ada yang tertinggal
pannya, segera kuajak Alshad untuk
inggalan?" tanyanya setelah dia masu
a yang terjadi sama diriku ini, kenapa aku bisa begitu menurut terhadapnya? Alam bawah sadarku seolah menolak setiap kali Mas Ryan bersikap seperti in
ru dan nggak boleh rewel," pesanku ketika mengan
runya, aku langsung kembali masuk mobil untuk melanjut
tanyanya melirik
a, "enggak, kenapa?" jawabku, dia hanya menghendi
ncak kepalaku. Hubungan kami memang tanpa cinta, tapi sebisa mungkin kami menjalani pernikahan ini selayaknya pasangan normal lainnya. Sepert
berapapun kamu sel
Mas. Lagian jam pulangnya
adi sudah mas katakan jam
pulang sen
i sekarang gunakan mas ini seb
untuk mengurus kami, kali ini biarkan ma
tu, Mas.
di," putusnya tanpa mau mendengark
u. "Senangnya yang pagi-pagi sudah diantar mas suami," celet
. "Biasa aja," balasku cuek tanpa mau menoleh k
ak dapat jatah dari Mas Ryan, tah, semalam?"
au ngomong." Dia malah terkeke
alanan hidupku selama ini. "Nanti mau mampir nggak? Maaf
. Mas Ryan maksa mau jemp
ada yang antar jemput,"
nnya. Mengabaikan ocehan Sena yang masih bisa kudengar, aku nggak mau tambah badmood pagi
at dan sedrastis ini Mas Ryan melakukan niatannya. Dan yang aku sesalkan kenapa aku seolah-olah nyaman dan tidak mampu untuk me
t ini aku masih belum bisa melupakan 'dia' dari ingatanku. Baya
berdering. Masih ada sedikit waktu untuk membuka pesan tersebut da
i efeknya bisa sedahsyat ini buatku. Bahkan jantungku terasa semakin kuat detakannya
at bek
i love diakh