Never Move On
in
ui beberapa teman, berharap bisa mendapatkan pekerjaan, atau setidaknya tempat tin
ewati toko roti dan melihat Croissant di sana, aku teringat pada Nico,
n hatinya dan mengijinkan aku menginap se
ruang tamu saja sudah membuatku gugup, "Kau habis ola
mengg
menunjukkan plastik berisi Croissant di tanganku.
au pikir aku masih
sih suka." A
saja? Pulang m
. "Ini untukmu, aku akan ganti baju dulu." Kataku la
koper yang ku letakkan di perpustakaan, aku
, sangat kesal, (dia pria kejam,) pikirku. "Aku memintamu m
oti yang ku belika
"Bagaimana pun juga dulu kan aku sering membantumu, aku bahkan sangat perhatian pad
gkat bahu tanpa beban
mang tidak punya hati." Kataku. "Kau kemanakan bar
. "Disana." Katanya menunjuk sebuah ruangan atau leb
atkan tas dan koperku yang mung
dengan yang terakhir kali ku lihat, seprainya baru, gorden
n tempat untuk tidur." Suara Nico yng tib
upkan bibir, merasa
nya kau berterima
agi. "Maaf, dan terim
a hati? Tidak s
ataku. "Tadi aku mara
orang akan mengeluarkan i
skan tangan di depannya. "K
atku kelelahan, aku memindahk
u-buru cari tempat lain." Kataku lalu ku lirik croi
Ia menyembunyikan seplasti
ing untuk mencari pekerjaan,
n yang benar, ken
u juga kan a
a memberikan satu poton
t-cepat ku amb
ragu-ragu, "aku
pa
ungnya. "Lagipula aku perlu pembantu." I
hlan hati dan lapangkan dada, menerima kata-katanya yang
au selalu ada untukku, ku pikir kali ini aku tidak punya tempat untuk be
nya m
mu merah?" ak
wajahk
semakin meledek. "Hei
. "Kenapa t
hqnya karena kata-kata sep
soal kata-kat
tanyaku. "Hu
ejak dulu memang kami seperti ini, saling mem
ti pacarmu datang? Ada aku
au pembantuku." K
mbil plastik yang masih beri
likku,"
an ku bereskan
kan menjelaskan per
tinya ke ru
di sofa sambil meli
enggangu kencan satu sama lain."
menatap sin
u tetap tidak bisa mencampuri urusan cinta kita masing-masing." Katanya dengan ekspresi penuh percay
kitpun aku tidak punya perasaan yang tersisa untukmu hingga aku bisa keberatan tentang hubungan
rkencan ataupun menikah dengan seseorang. Well, tapi aku setuju, memang lebih baik melegalkan peraturan ini. Setu
akan kuberikan sangsi yang berat." Kata Nico dengan mengatupk
dan udara dingin seakan menambah keng
ap, apalagi seorang pria." Nico menyebutkan peratur
al seperti itu padaku. Mood nya mudah sekali berubah dan
i rumah, kau jangan pernah masuk ke sana." Kali ini Nico yang
ngajukan persyaratan apapun, yang ku pikirkan hanya bagaimana cara