icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Jatuh Padamu

Bab 5 Duka Tanpa Air Mata

Jumlah Kata:1280    |    Dirilis Pada: 23/12/2021

gah keramaian tamu undangan dengan balutan pakaian mahal, bukanlah hal yang ia ingink

gatakan secara berulang bahwa ia akan memaksa Rena turut hadir di acara ulang tahun perusahaan dengan cara apapun. Bahkan jika per

ua teror chat yang masuk memenuhi kontaknya setiap setengah jam sekali. Memilih membuka laptop usai membersihkan diri

a, dan semenit kemudian mendapati keberadaan Mala yang sudah tampil necis dari ujung

terparkir manis di jalan paving depan rumah kontrakan, disambut lambaian tangan Mas Tian dan Anisa---junior digital marketing divi

an lain untuk ikut bersekutu melancarkan misi mulianya itu. Maka di sinilah Rena, berdiri dengan gaun kondanga

rsedia di meja setiap tamu undangan. Menyesapi rasa sari buah dengan sediki

si pemasaran. Sebagai bentuk loyalitas pegawai baru, Rena berupaya mendedikasikan diri pada setiap kegiatan yang diadakan oleh tempat k

. Rena melirik sekilas Mala yang tampak sibuk mengajak Anisa berswafoto ria memamerkan penampilan ciamik keduan

elum terlalu banyak menyesaki balairung luas ini. Sama seperti tahun-tahun kemarin, acara ulang tahun perusahaan selal

eluas-luasnya dari kehadiran semua orang yang berkumpul di dalamnya. Baik koneksi karyawan antar divisi, karyawan

gan. Apalagi bagi mereka yang berada di jajaran dewan direksi maupun komisaris utama. Kemewahan seolah menjadi urat na

t perusahaan bersama dengan mitra klien mereka, tampak hampir terisi penuh oleh para pemiliknya. Dari meja bagian belakang sini, Rena dapat melihat jelas jajaran orang

an. Pria berida itu mengenakan setelan berwarna hitam dari kepala hingga ujung kaki, bahkan kemeja hitam yang dibalut

tutup hanya dikhususkan oleh kehadiran dua keluarga besar. Jauh dari jangkauan orang luar maupun media manapun yang ingin meliputnya. Hanya sepintas berita tent

yang datang menghantam secara mendadak tanpa peringatan, di saat semua seharusnya terlihat baik-baik saja.

dadak jadi lebih riuh dari sebelumnya. Bahkan Mala dan Anisa yang sedari tadi anteng berfoto ria, terdengar juga nyari

yang tetiba memenuhi seisi ruangan. Dari posisi meja belakang yang memang berdekatan dengan pintu masuk, membuat

rmal berwarna navy melekat di tubuh tegap menjulangnya. Kemeja putih tulang dan dasi abu-abu

tru menunjukkan kesan berbeda dengan busana formal khas acara perayaan besar tanpa memperlihatkan suasana duka apapun. Denga

asakan. Bahkan kehadirannya di tempat ini juga sudah merupakan hal yang tak dapat dimengerti oleh siapapun, mengin

tamu undangan. Terlihat baik-baik saja tanpa beban apapun tertinggal. S

?" Ucapan syok Mala seolah mewakili is

"Pemakaman istrinya bahkan belum lewat dari 7 jam.

i kesibukan kita." Kalimat penuh peringatan itu sontak berhasil membungkam mul

penghuni ruangan. Tak terkecuali bagi Antonio Pramoedya sendiri sebagai sang ayah, terlihat dari bagaimana respon pria paruh baya itu yang secara refleks berdi

mengangkat kembali gelas berisi mocktail yang sempat ia sesap tadi. Lebih mem

di tempat ini. Karena orang-orang aristokrat sekelas Pramoedya dan drama apapun yan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Malam dan Luka2 Bab 2 Dua Kapal yang Karam3 Bab 3 Awal dari Perpisahan4 Bab 4 Pramoedya dan Sanjaya5 Bab 5 Duka Tanpa Air Mata6 Bab 6 Konfrontasi7 Bab 7 Kegilaan Tak Terduga8 Bab 8 Mereka yang Ditinggalkan9 Bab 9 Terjebak10 Bab 10 Pria Setengah Waras11 Bab 11 Sebelum Badai12 Bab 12 Perkara Baru13 Bab 13 Siapa yang Paling Hancur14 Bab 14 Empati yang Terkubur15 Bab 15 Ruang Pelik16 Bab 16 Bertemu Kembali17 Bab 17 Mimpi Terburuk18 Bab 18 Skandal19 Bab 19 Penghinaan20 Bab 20 Pilihan21 Bab 21 Sekali Lagi Terjebak22 Bab 22 Asumsi Negatif23 Bab 23 Awal dari Pelarian24 Bab 24 Hati Nurani25 Bab 25 Lawan yang Seimbang26 Bab 26 Membuat Keputusan27 Bab 27 Sebuah Janji28 Bab 28 Mulai Terbiasa29 Bab 29 Keindahan30 Bab 30 Sepotong Kisah31 Bab 31 Sebuah Kejutan32 Bab 32 Neraka Dunia33 Bab 33 Dosa Orang Nyinyir34 Bab 34 Alasan untuk Kembali35 Bab 35 Alarm Peringatan36 Bab 36 Kata Hati37 Bab 37 Tukang Cari Perhatian38 Bab 38 Tempat Bersandar39 Bab 39 Sisi Berbeda40 Bab 40 Memori Sembilu41 Bab 41 Untuk Sekali Saja42 Bab 42 Rasa Nyaman43 Bab 43 Maaf dan Terima Kasih44 Bab 44 Sepertinya Bahaya45 Bab 45 Tetap Menyebalkan46 Bab 46 Sama-Sama Buta47 Bab 47 Luka dalam Kata48 Bab 48 Penangkal Mimpi49 Bab 49 Dia yang Hancur50 Bab 50 Keputusan Tanpa Penyesalan51 Bab 51 Bandul Matahari52 Bab 52 Yang Dia Butuhkan53 Bab 53 Harga Kompensasi54 Bab 54 Tawaran Andreas55 Bab 55 Tak Bermaksud56 Bab 56 Tidak Seburuk Itu57 Bab 57 Tak Ingin Berpaling58 Bab 58 Bukan Orang Asing59 Bab 59 Pembuktian60 Bab 60 Menepati Janji61 Bab 61 Menjadi Egois62 Bab 62 Hantu Masa Lalu63 Bab 63 Kesalahan yang Sama