Jatuh Padamu
gah keramaian tamu undangan dengan balutan pakaian mahal, bukanlah hal yang ia ingink
gatakan secara berulang bahwa ia akan memaksa Rena turut hadir di acara ulang tahun perusahaan dengan cara apapun. Bahkan jika per
ua teror chat yang masuk memenuhi kontaknya setiap setengah jam sekali. Memilih membuka laptop usai membersihkan diri
a, dan semenit kemudian mendapati keberadaan Mala yang sudah tampil necis dari ujung
terparkir manis di jalan paving depan rumah kontrakan, disambut lambaian tangan Mas Tian dan Anisa---junior digital marketing divi
an lain untuk ikut bersekutu melancarkan misi mulianya itu. Maka di sinilah Rena, berdiri dengan gaun kondanga
rsedia di meja setiap tamu undangan. Menyesapi rasa sari buah dengan sediki
si pemasaran. Sebagai bentuk loyalitas pegawai baru, Rena berupaya mendedikasikan diri pada setiap kegiatan yang diadakan oleh tempat k
. Rena melirik sekilas Mala yang tampak sibuk mengajak Anisa berswafoto ria memamerkan penampilan ciamik keduan
elum terlalu banyak menyesaki balairung luas ini. Sama seperti tahun-tahun kemarin, acara ulang tahun perusahaan selal
eluas-luasnya dari kehadiran semua orang yang berkumpul di dalamnya. Baik koneksi karyawan antar divisi, karyawan
gan. Apalagi bagi mereka yang berada di jajaran dewan direksi maupun komisaris utama. Kemewahan seolah menjadi urat na
t perusahaan bersama dengan mitra klien mereka, tampak hampir terisi penuh oleh para pemiliknya. Dari meja bagian belakang sini, Rena dapat melihat jelas jajaran orang
an. Pria berida itu mengenakan setelan berwarna hitam dari kepala hingga ujung kaki, bahkan kemeja hitam yang dibalut
tutup hanya dikhususkan oleh kehadiran dua keluarga besar. Jauh dari jangkauan orang luar maupun media manapun yang ingin meliputnya. Hanya sepintas berita tent
yang datang menghantam secara mendadak tanpa peringatan, di saat semua seharusnya terlihat baik-baik saja.
dadak jadi lebih riuh dari sebelumnya. Bahkan Mala dan Anisa yang sedari tadi anteng berfoto ria, terdengar juga nyari
yang tetiba memenuhi seisi ruangan. Dari posisi meja belakang yang memang berdekatan dengan pintu masuk, membuat
rmal berwarna navy melekat di tubuh tegap menjulangnya. Kemeja putih tulang dan dasi abu-abu
tru menunjukkan kesan berbeda dengan busana formal khas acara perayaan besar tanpa memperlihatkan suasana duka apapun. Denga
asakan. Bahkan kehadirannya di tempat ini juga sudah merupakan hal yang tak dapat dimengerti oleh siapapun, mengin
tamu undangan. Terlihat baik-baik saja tanpa beban apapun tertinggal. S
?" Ucapan syok Mala seolah mewakili is
"Pemakaman istrinya bahkan belum lewat dari 7 jam.
i kesibukan kita." Kalimat penuh peringatan itu sontak berhasil membungkam mul
penghuni ruangan. Tak terkecuali bagi Antonio Pramoedya sendiri sebagai sang ayah, terlihat dari bagaimana respon pria paruh baya itu yang secara refleks berdi
mengangkat kembali gelas berisi mocktail yang sempat ia sesap tadi. Lebih mem
di tempat ini. Karena orang-orang aristokrat sekelas Pramoedya dan drama apapun yan