Jatuh Padamu
apak, sebagian sisanya juga udah dipakai buat tebus obat Ibu. Kalau untuk jadwal cuci d
yang coba ia pertahankan saat ini adalah kewarasannya yang tersisa. Bahkan embusan angin malam
angkah melewati jalan paving di antara himpit gang menuju rumah kontraka
terlalu banyak, fokus aja ngerawat Ibu dan selesain pendidikan kam
Pertanda bahwa lawan bicara di sebelah sana jug
ati. "Gimana kalau Kayla berhenti kuliah dulu?
amar. "Semua biaya apapun biar jadi tanggung jawab Mbak
gak akan berubah kalau te
ut-ikutan berhenti kuliah," potong Rena, hingga berhasil m
ekerja membantu menopang finansial keluarga mereka. Dan membuat Kayla me
tahu, tak pernah ada yang mudah bagi lulusan sekolah kejuruan seperti dirinya bertahan di antara persaingan industri metropo
ya karena bukan lulusan berijazah sarjana. Ya, cukup Rena saja. Ia tak ingin Kayla ikut menjadi bagian di dalamnya. Adiknya itu harus
. Jadi jangan buang kesempatan yang sudah kamu capai susah payah hanya karena masalah ini. Apapun yang terjadi, k
a mereka. Gadis itu mengantongi kembali ponsel miliknya ke dalam saku blazzer kerja yang ia kenakan. Kemudian segera merogoh k
endominasi sejauh mata memandang akibat jendela yang tertutup seharian dan lampu ruangan yang belum dinyalakan. Namun, alih-alih m
ngusap dengan kasar bukti kelemahan yang mengalir tak terbendung itu, tapi sekuat apapun ia
arkan sesak yang datang semakin merajam. Ia tersungkur duduk di depan pintu denga
nya, Rena masih mampu untuk bersikap tegar di tengah keadaan itu. Mengambil kerja tambahan di saat tubuh lelahnya berteriak ingin diistirah
kronis pada ginjal, Rena kembali tak punya pilihan selain mencoba menjadi kuat sekali lagi. Bahunya makin ha
gkat setegar itu. Namun ternyata jauh di dalam sini, saat malam dan sepi mengukungnya dengan keha
untuk dirinya sendiri hanya untuk malam ini saja. Karena berpura-pura menjadi tangguh t
berbagi resah. Sampai entah berapa lama, rasa kantuk pelan-pelan datang merayunya dalam lelap. Membuat mimpi dan al
*
n langkah mantap pria itu menyibak keramaian yang menghalangi jalan. Pandangan matanya masih sibuk menjelajah ke seluruh penjuru mencari sumber alasan satu-satunya
aktu lama bagi kedua kaki pria itu untuk bergerak menghampiri meja bartender di sudut lain ruangan. Ta
sap gelas martini yang entah sudah berapa kali diteguknya. Sa
di dekatnya, sebelum mata lentik itu berpindah kembali pada cairan bening berbahan
pi kamu justru baru datang 30 menit kemudian. Tua
an. Maka daripada menimpali perkataan sinis tersebut, ia memilih meredam potensi keributan di antara mereka, t
etakkan asal di kursi kosong tepat di samping wanita itu duduk. Lalu dengan cekatan, ia juga menya
li terdengar. "Kamu takut orang-orang mengenali sia
eh lirih. Kali ini ditatapn
semacam ini. Dengan penampilan terbuka dan riasan tebal layaknya jalang di pinggir jalan. Sama seperti kamu, gadis ini juga pintar memasang topengnya sendiri da
an napas berat pria itu menunjukkan bahwa kes
tapi uluran tangan yang tertuju tersebut segera ditepis dengan mudah. Hingga
a kita kemarin, Deas?" Satu kerjapan tampak meloloskan air mata di pipi pucat Namira
rempuan cacat! Perempuan nggak berguna karena belum juga bisa
telahnya, berdampingan bersama laju air mat
kan keputusasaan. "Aku bahkan nggak punya alasan membantah sedikitpun, karena semua ucapan-ucapan sampah yang mereka katakan, adal
sok Anggun yang selalu berpenampilan menawan dan terlihat begitu tang
" lirihnya disertai isakan putus asa y
ingga tubuh tegapnya sejajar dengan posisi duduk wanita itu. Menyetarakan pandangan mereka agar bertemu di satu g
yang masih pria itu tujukan untuknya. Hingga sesaat kemudian, matanya ikut terpejam merasakan kehangatan dari tela
edua mata yang sempat terpejam, mendapati netra sehita
sosok yang tengah berlutut di hadapannya. Hingga saat sapuan jari-jemari tersebut sampai di bib
gin biasa. Bersikaplah sedikit hangat, walaupun
bibir keduanya dalam keintiman yang dalam. Awalnya hanya berupa ciuman lembut, tapi perlahan gerakan itu semakin hau
ki Andreas dengan utuh malam ini. Meskipun ia tahu denga