icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Jatuh Padamu

Bab 6 Konfrontasi

Jumlah Kata:1456    |    Dirilis Pada: 23/12/2021

panjang berbahan marmer di belakangnya, Rena mengatur napas dan kerja normal jantungnya usai diberi serangan panik dari pesan kiriman Kayla yang baru saja masuk ke pon

ula acara untuk menelepon Kayla, setelah sebelumnya gadis itu mengiriminya kabar lewat pes

nan menuju pintu masuk ruang balairung, mengabaikan pertanyaan Mas Tian dan yang lain saat menyaksikan raut pan

t pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Tapi sekarang keadaannya sudah lebi

a lebih memilih mengabari Mbaknya itu saat ia yakin kondisi sang ibu sudah terasa membaik. Karena bukan mustahil bagi Rena bert

ndengar angin segar itu. "Harusnya kamu langsung kas

dan nungguin pemulihan Ibu, jadi

at itu, mau tak mau Rena berusaha mencoba m

i topik penting lain yang perlu dibahas keduanya. "Mbak akan usahakan kirim

ialisis Ibu juga baru akan kem

nya waktu mencari pinjaman secara kilat. Sepertinya ia benar-benar harus mampu memutar otak

man Rena. "Kalau cuma untuk membiayai satu dua sesi perawatan cuci d

dapat uang untuk dikirim. Jangan kuras tabungan kamu karena mungkin sa

tolak Rena jika hal itu menyangkut uang pribadinya. Padahal mereka tidak pu

arena gaji Mbak baru ad

kan janjinya itu, karena sumber bantuan satu-satunya seperti Bu Marisa juga tak dapat

i. Kayla cukup menjalankan tugas sebagai anak yang berbakti merawat ibu mereka, masalah t

k seberapa, Rena masih tetap harus mengusahakan uang perawatan yang sama besar di sa

i Mb

akan kirim ke kamu paling lambat besok malam." Tanpa menunggu balasan dari penelepon di seberang, Rena segera mematikan sa

nggantung di atas wastafel. Memperhatikan dengan seksama penampilan rambut acak adut yang sempat d

nan riasan minimalis yang menghiasi wajah tirusnya. Mungkin Rena

kemudian beralih membasuh tangan pada air mengalir. Guna men

Mala, dan juga Anisa karena kepergiannya yang cukup heboh dan tiba-tiba di pertengahan acara. Kemungkinan m

menuju aula dari gedung convention hall ini, Rena membuka aplikasi m

bunga yang cukup tinggi. Atau kalau memang harus bertindak lebih nekat, Rena mungkin harus menjual laptop miliknya

enuangkan seluruh atensinya di sepanjang jalan, sampai tiba-tiba sebuah suara tamparan cukup keras, so

orang-orang di dalam sana melihat tingkah laku kamu yang kelewatan ini? Namira bahkan baru meninggal beberapa j

mendaratkan tamparan keras pada seseorang yang berdiri berhadapan dengannya. Area gedung yang lengang dar

adari siapa dua orang yang tengah terlibat per

amoedya justru tetap memasang wajah datarnya. Membiarkan segala bentuk cacian dan makian apapun

pipi kiri pria itu. Bekas jelas yang bisa saja meninggalkan rasa perih tak terkira jika disentuh. Namun seolah mati rasa, ekspresi yang melekat di

saja. Meskipun sulit dilakukan, cobalah sebisa mungkin. Berpura-pura pun tidak masalah." Usai mengatakan semua yang ingin diucapkan, Antonio Pramoedya

enatap kosong langit-langit bangunan di atasnya. Napas berat pria itu terembus pelan, sebelum ia

rentak membuat Rena terperanjat kaku di tempat. Tak menyangka bahwa kebera

persembunyiannya. Tidak ada alasan lagi baginya untuk berlama-lama berdiri di b

berdiri tak jauh di depannya. Walau bagaimanapun, sikap lancangnya tad

memuakkan," gumam p

begitu mendengar kalimat tak ter

gsikan pendengaraannya send

n yang terlontar. Sebelum sebuah tarikan tipis di sudut bibirnya terangkat sinis. "Pria tua bangka

kan Rena yang berhasil dibuat terbungkam diam di posisi tanpa kata. Begitu menyadari sepenuhnya maksud dari perkataan barus

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Malam dan Luka2 Bab 2 Dua Kapal yang Karam3 Bab 3 Awal dari Perpisahan4 Bab 4 Pramoedya dan Sanjaya5 Bab 5 Duka Tanpa Air Mata6 Bab 6 Konfrontasi7 Bab 7 Kegilaan Tak Terduga8 Bab 8 Mereka yang Ditinggalkan9 Bab 9 Terjebak10 Bab 10 Pria Setengah Waras11 Bab 11 Sebelum Badai12 Bab 12 Perkara Baru13 Bab 13 Siapa yang Paling Hancur14 Bab 14 Empati yang Terkubur15 Bab 15 Ruang Pelik16 Bab 16 Bertemu Kembali17 Bab 17 Mimpi Terburuk18 Bab 18 Skandal19 Bab 19 Penghinaan20 Bab 20 Pilihan21 Bab 21 Sekali Lagi Terjebak22 Bab 22 Asumsi Negatif23 Bab 23 Awal dari Pelarian24 Bab 24 Hati Nurani25 Bab 25 Lawan yang Seimbang26 Bab 26 Membuat Keputusan27 Bab 27 Sebuah Janji28 Bab 28 Mulai Terbiasa29 Bab 29 Keindahan30 Bab 30 Sepotong Kisah31 Bab 31 Sebuah Kejutan32 Bab 32 Neraka Dunia33 Bab 33 Dosa Orang Nyinyir34 Bab 34 Alasan untuk Kembali35 Bab 35 Alarm Peringatan36 Bab 36 Kata Hati37 Bab 37 Tukang Cari Perhatian38 Bab 38 Tempat Bersandar39 Bab 39 Sisi Berbeda40 Bab 40 Memori Sembilu41 Bab 41 Untuk Sekali Saja42 Bab 42 Rasa Nyaman43 Bab 43 Maaf dan Terima Kasih44 Bab 44 Sepertinya Bahaya45 Bab 45 Tetap Menyebalkan46 Bab 46 Sama-Sama Buta47 Bab 47 Luka dalam Kata48 Bab 48 Penangkal Mimpi49 Bab 49 Dia yang Hancur50 Bab 50 Keputusan Tanpa Penyesalan51 Bab 51 Bandul Matahari52 Bab 52 Yang Dia Butuhkan53 Bab 53 Harga Kompensasi54 Bab 54 Tawaran Andreas55 Bab 55 Tak Bermaksud56 Bab 56 Tidak Seburuk Itu57 Bab 57 Tak Ingin Berpaling58 Bab 58 Bukan Orang Asing59 Bab 59 Pembuktian60 Bab 60 Menepati Janji61 Bab 61 Menjadi Egois62 Bab 62 Hantu Masa Lalu63 Bab 63 Kesalahan yang Sama