Jatuh Padamu
panjang berbahan marmer di belakangnya, Rena mengatur napas dan kerja normal jantungnya usai diberi serangan panik dari pesan kiriman Kayla yang baru saja masuk ke pon
ula acara untuk menelepon Kayla, setelah sebelumnya gadis itu mengiriminya kabar lewat pes
nan menuju pintu masuk ruang balairung, mengabaikan pertanyaan Mas Tian dan yang lain saat menyaksikan raut pan
t pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Tapi sekarang keadaannya sudah lebi
a lebih memilih mengabari Mbaknya itu saat ia yakin kondisi sang ibu sudah terasa membaik. Karena bukan mustahil bagi Rena bert
ndengar angin segar itu. "Harusnya kamu langsung kas
dan nungguin pemulihan Ibu, jadi
at itu, mau tak mau Rena berusaha mencoba m
i topik penting lain yang perlu dibahas keduanya. "Mbak akan usahakan kirim
ialisis Ibu juga baru akan kem
nya waktu mencari pinjaman secara kilat. Sepertinya ia benar-benar harus mampu memutar otak
man Rena. "Kalau cuma untuk membiayai satu dua sesi perawatan cuci d
dapat uang untuk dikirim. Jangan kuras tabungan kamu karena mungkin sa
tolak Rena jika hal itu menyangkut uang pribadinya. Padahal mereka tidak pu
arena gaji Mbak baru ad
kan janjinya itu, karena sumber bantuan satu-satunya seperti Bu Marisa juga tak dapat
i. Kayla cukup menjalankan tugas sebagai anak yang berbakti merawat ibu mereka, masalah t
k seberapa, Rena masih tetap harus mengusahakan uang perawatan yang sama besar di sa
i Mb
akan kirim ke kamu paling lambat besok malam." Tanpa menunggu balasan dari penelepon di seberang, Rena segera mematikan sa
nggantung di atas wastafel. Memperhatikan dengan seksama penampilan rambut acak adut yang sempat d
nan riasan minimalis yang menghiasi wajah tirusnya. Mungkin Rena
kemudian beralih membasuh tangan pada air mengalir. Guna men
Mala, dan juga Anisa karena kepergiannya yang cukup heboh dan tiba-tiba di pertengahan acara. Kemungkinan m
menuju aula dari gedung convention hall ini, Rena membuka aplikasi m
bunga yang cukup tinggi. Atau kalau memang harus bertindak lebih nekat, Rena mungkin harus menjual laptop miliknya
enuangkan seluruh atensinya di sepanjang jalan, sampai tiba-tiba sebuah suara tamparan cukup keras, so
orang-orang di dalam sana melihat tingkah laku kamu yang kelewatan ini? Namira bahkan baru meninggal beberapa j
mendaratkan tamparan keras pada seseorang yang berdiri berhadapan dengannya. Area gedung yang lengang dar
adari siapa dua orang yang tengah terlibat per
amoedya justru tetap memasang wajah datarnya. Membiarkan segala bentuk cacian dan makian apapun
pipi kiri pria itu. Bekas jelas yang bisa saja meninggalkan rasa perih tak terkira jika disentuh. Namun seolah mati rasa, ekspresi yang melekat di
saja. Meskipun sulit dilakukan, cobalah sebisa mungkin. Berpura-pura pun tidak masalah." Usai mengatakan semua yang ingin diucapkan, Antonio Pramoedya
enatap kosong langit-langit bangunan di atasnya. Napas berat pria itu terembus pelan, sebelum ia
rentak membuat Rena terperanjat kaku di tempat. Tak menyangka bahwa kebera
persembunyiannya. Tidak ada alasan lagi baginya untuk berlama-lama berdiri di b
berdiri tak jauh di depannya. Walau bagaimanapun, sikap lancangnya tad
memuakkan," gumam p
begitu mendengar kalimat tak ter
gsikan pendengaraannya send
n yang terlontar. Sebelum sebuah tarikan tipis di sudut bibirnya terangkat sinis. "Pria tua bangka
kan Rena yang berhasil dibuat terbungkam diam di posisi tanpa kata. Begitu menyadari sepenuhnya maksud dari perkataan barus