icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jatuh Padamu

Jatuh Padamu

Penulis: Snora
icon

Bab 1 Malam dan Luka

Jumlah Kata:1740    |    Dirilis Pada: 23/12/2021

apak, sebagian sisanya juga udah dipakai buat tebus obat Ibu. Kalau untuk jadwal cuci d

yang coba ia pertahankan saat ini adalah kewarasannya yang tersisa. Bahkan embusan angin malam

angkah melewati jalan paving di antara himpit gang menuju rumah kontraka

terlalu banyak, fokus aja ngerawat Ibu dan selesain pendidikan kam

Pertanda bahwa lawan bicara di sebelah sana jug

ati. "Gimana kalau Kayla berhenti kuliah dulu?

amar. "Semua biaya apapun biar jadi tanggung jawab Mbak

gak akan berubah kalau te

ut-ikutan berhenti kuliah," potong Rena, hingga berhasil m

ekerja membantu menopang finansial keluarga mereka. Dan membuat Kayla me

tahu, tak pernah ada yang mudah bagi lulusan sekolah kejuruan seperti dirinya bertahan di antara persaingan industri metropo

ya karena bukan lulusan berijazah sarjana. Ya, cukup Rena saja. Ia tak ingin Kayla ikut menjadi bagian di dalamnya. Adiknya itu harus

. Jadi jangan buang kesempatan yang sudah kamu capai susah payah hanya karena masalah ini. Apapun yang terjadi, k

a mereka. Gadis itu mengantongi kembali ponsel miliknya ke dalam saku blazzer kerja yang ia kenakan. Kemudian segera merogoh k

endominasi sejauh mata memandang akibat jendela yang tertutup seharian dan lampu ruangan yang belum dinyalakan. Namun, alih-alih m

ngusap dengan kasar bukti kelemahan yang mengalir tak terbendung itu, tapi sekuat apapun ia

arkan sesak yang datang semakin merajam. Ia tersungkur duduk di depan pintu denga

nya, Rena masih mampu untuk bersikap tegar di tengah keadaan itu. Mengambil kerja tambahan di saat tubuh lelahnya berteriak ingin diistirah

kronis pada ginjal, Rena kembali tak punya pilihan selain mencoba menjadi kuat sekali lagi. Bahunya makin ha

gkat setegar itu. Namun ternyata jauh di dalam sini, saat malam dan sepi mengukungnya dengan keha

untuk dirinya sendiri hanya untuk malam ini saja. Karena berpura-pura menjadi tangguh t

berbagi resah. Sampai entah berapa lama, rasa kantuk pelan-pelan datang merayunya dalam lelap. Membuat mimpi dan al

*

n langkah mantap pria itu menyibak keramaian yang menghalangi jalan. Pandangan matanya masih sibuk menjelajah ke seluruh penjuru mencari sumber alasan satu-satunya

aktu lama bagi kedua kaki pria itu untuk bergerak menghampiri meja bartender di sudut lain ruangan. Ta

sap gelas martini yang entah sudah berapa kali diteguknya. Sa

di dekatnya, sebelum mata lentik itu berpindah kembali pada cairan bening berbahan

pi kamu justru baru datang 30 menit kemudian. Tua

an. Maka daripada menimpali perkataan sinis tersebut, ia memilih meredam potensi keributan di antara mereka, t

etakkan asal di kursi kosong tepat di samping wanita itu duduk. Lalu dengan cekatan, ia juga menya

li terdengar. "Kamu takut orang-orang mengenali sia

eh lirih. Kali ini ditatapn

semacam ini. Dengan penampilan terbuka dan riasan tebal layaknya jalang di pinggir jalan. Sama seperti kamu, gadis ini juga pintar memasang topengnya sendiri da

an napas berat pria itu menunjukkan bahwa kes

tapi uluran tangan yang tertuju tersebut segera ditepis dengan mudah. Hingga

a kita kemarin, Deas?" Satu kerjapan tampak meloloskan air mata di pipi pucat Namira

rempuan cacat! Perempuan nggak berguna karena belum juga bisa

telahnya, berdampingan bersama laju air mat

kan keputusasaan. "Aku bahkan nggak punya alasan membantah sedikitpun, karena semua ucapan-ucapan sampah yang mereka katakan, adal

sok Anggun yang selalu berpenampilan menawan dan terlihat begitu tang

" lirihnya disertai isakan putus asa y

ingga tubuh tegapnya sejajar dengan posisi duduk wanita itu. Menyetarakan pandangan mereka agar bertemu di satu g

yang masih pria itu tujukan untuknya. Hingga sesaat kemudian, matanya ikut terpejam merasakan kehangatan dari tela

edua mata yang sempat terpejam, mendapati netra sehita

sosok yang tengah berlutut di hadapannya. Hingga saat sapuan jari-jemari tersebut sampai di bib

gin biasa. Bersikaplah sedikit hangat, walaupun

bibir keduanya dalam keintiman yang dalam. Awalnya hanya berupa ciuman lembut, tapi perlahan gerakan itu semakin hau

ki Andreas dengan utuh malam ini. Meskipun ia tahu denga

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Malam dan Luka2 Bab 2 Dua Kapal yang Karam3 Bab 3 Awal dari Perpisahan4 Bab 4 Pramoedya dan Sanjaya5 Bab 5 Duka Tanpa Air Mata6 Bab 6 Konfrontasi7 Bab 7 Kegilaan Tak Terduga8 Bab 8 Mereka yang Ditinggalkan9 Bab 9 Terjebak10 Bab 10 Pria Setengah Waras11 Bab 11 Sebelum Badai12 Bab 12 Perkara Baru13 Bab 13 Siapa yang Paling Hancur14 Bab 14 Empati yang Terkubur15 Bab 15 Ruang Pelik16 Bab 16 Bertemu Kembali17 Bab 17 Mimpi Terburuk18 Bab 18 Skandal19 Bab 19 Penghinaan20 Bab 20 Pilihan21 Bab 21 Sekali Lagi Terjebak22 Bab 22 Asumsi Negatif23 Bab 23 Awal dari Pelarian24 Bab 24 Hati Nurani25 Bab 25 Lawan yang Seimbang26 Bab 26 Membuat Keputusan27 Bab 27 Sebuah Janji28 Bab 28 Mulai Terbiasa29 Bab 29 Keindahan30 Bab 30 Sepotong Kisah31 Bab 31 Sebuah Kejutan32 Bab 32 Neraka Dunia33 Bab 33 Dosa Orang Nyinyir34 Bab 34 Alasan untuk Kembali35 Bab 35 Alarm Peringatan36 Bab 36 Kata Hati37 Bab 37 Tukang Cari Perhatian38 Bab 38 Tempat Bersandar39 Bab 39 Sisi Berbeda40 Bab 40 Memori Sembilu41 Bab 41 Untuk Sekali Saja42 Bab 42 Rasa Nyaman43 Bab 43 Maaf dan Terima Kasih44 Bab 44 Sepertinya Bahaya45 Bab 45 Tetap Menyebalkan46 Bab 46 Sama-Sama Buta47 Bab 47 Luka dalam Kata48 Bab 48 Penangkal Mimpi49 Bab 49 Dia yang Hancur50 Bab 50 Keputusan Tanpa Penyesalan51 Bab 51 Bandul Matahari52 Bab 52 Yang Dia Butuhkan53 Bab 53 Harga Kompensasi54 Bab 54 Tawaran Andreas55 Bab 55 Tak Bermaksud56 Bab 56 Tidak Seburuk Itu57 Bab 57 Tak Ingin Berpaling58 Bab 58 Bukan Orang Asing59 Bab 59 Pembuktian60 Bab 60 Menepati Janji61 Bab 61 Menjadi Egois62 Bab 62 Hantu Masa Lalu63 Bab 63 Kesalahan yang Sama