Sebenarnya Dia Mesum Ma!
anya sangat khas, dan membuat jiwaku sedikit lebih tenang. H
mbun, dengan iseng aku menulis disana. Saat jari-jari menyentuh permukaan jen
balkan itu yang terpikir di otakku. Sepertinya vi
bil terus mengusap jendela kaca yang berembun. Tanganku menjadi dingi
ulang kalau jam segini. Kami ingin membicarakan tentang ma
orang berspekulasi buruk tentangnya karena gosip masa lalu. P
berbeda. Apalagi om Rendi adalah sahabat dan tiba-tiba
di ruang keluarga. Om Rendi duduk disamping ma
ya sambil tersenyum
ang langsung bangkit dari duduknya. Mama berjalan padaku dan m
a," kataku tidak enak. "Nan
t panas aja. Lunarkan
Mama masih sangat tahu kesukaanku. Aku tau ada rahasia dibalik perceraian orang tuaku. Satu yang pasti bukan ka
endapatkan banyak, tapi om yakin dia tidak ada hubungan
u kamu menikah dengannya
ang mencurigakan. Itu saja
akan berusaha sebaik mungkin," kata om Rendi lalu menggeser pir
akannya. Om Rendi memang sosok figur ayah yang baik.
momen ini. Momen sederhana, menikmati m
enak kan? Pisangny
i," kataku dengan mengambil gorengan lagi. Menahan air mata, teringat papa yang sel
pasti belikan. Atau besok, kalau lunar mau om akan belikan mart
agiku om Rendi sudah menganggapku anak kandungnya.
as coklat panas dan sepiring kue dan cookies.
iatas meja dan meniup-niup sehingga ua
sudah reda tolong antar cookies yang kit
Nanti Lun
menolak permintaan mama. Serafin akan galak sekali kalau kami
ada yang bisa menyakiti Lunar selama om masih hidup," kata om Rendi bersungguh-sung
arena ada air sisa pel-an yang belum kering. Atau pot bunga yang terjatuh d
akaan. Menabrak trotoar jalan karena rem mobilku blong. Om Rendi langsung me
aat itu. Wajahnya pucat dan sangat khawatir. Om Re
a om," kataku samb
saja perusahaan papa kamu juga sudah semaksimal mungkin om am
nya Om dan Mamalah yang Lunara punya. Makasih pa," kataku pada akhirnya. Aku buru-buru
bisa menangkap ekspresi terke
l menuju dapur. Aku bisa melihat om Rendi menumpukan kepala
rumah Serafin. Karena hujan masih turun aku mengguna
pai ke depan pintu rumahnya. Kuketuk pintu rumahnya den
ri ini mendung dan hujan. Anehnya kenapa dia tau aku akan datang. Kamarnya a
di ruang tamu dan duduk di sofa," katanya menjelask
setoples cookies yang kubawa tanpa malu-malu, a
Tumben dia tidak langsung mengusirku pulang, ataupun men
erlari ke arah hujan. Dia memutar-mutar t
basah," kataku kesal. Dia c
sah, baju basah yang menampilkan lekuk tubuh," katanya menyeringai
sedih di depan gue, gue lebih suka lo senyum bahagia. Kalau gak bis
ri nih di rumah," katanya lagi. Aku lan
tapi setidaknya dia bukan orang yang mencurigak